Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) meluncurkan awan panas guguran dengan jarak luncur 4 kilometer dari puncak atau 2 kilometer dari ujung aliran lava ke arah tenggara di Besuk Kobokan pada 4 Desember 2021 pukul 14.50 WIB yang menjadi awal mula bencana alam yang melanda Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Awan panas guguran (APG) merupakan karakteristik ancaman khas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu yakni berupa awan panas yang berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung.

Endapan APG terdiri atasi material batuan bersuhu tinggi 800 - 900 derajat celcius yang bergerak ke arah lereng tenggara Gunung Semeru dan awan panas tersebut memasuki lembah Sungai Kobokan dan berinteraksi dengan air sungai beserta material lama yang terdapat di dalam badan sungai, membentuk aliran lahar sepanjang aliran Sungai Kobokan.

Bencana alam Gunung Semeru tidak hanya menjadi duka masyarakat di Kabupaten Lumajang, namun menjadi duka bagi bangsa Indonesia, sehingga tanpa dikomando, semua pihak bergerak dan berbondong-bondong menyalurkan bantuan dan tenaganya untuk membantu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang menyebutkan korban meninggal akibat awan panas guguran Gunung Semeru menjadi 46 orang, korban luka berat sebanyak 18 orang, dan luka ringan 11 orang sampai Sabtu (11/12) pukul 18.00 WIB.

Kemudian warga yang mengungsi berjumlah 9.118 orang yang terdiri dari penyintas laki-laki sebanyak 4.435 orang dan penyintas perempuan 4.683 orang.

Sejak terjadi awan panas guguran Gunung Semeru, Bupati Lumajang Thoriqul Haq menyampaikan kepada publik bahwa sangat berharap bantuan tenaga relawan dari berbagai daerah untuk mendukung upaya pencarian puluhan korban yang dilaporkan hilang di lereng Gunung Semeru.

Bahkan bupati yang akrab disapa Cak Thoriq itu menelpon beberapa kepala daerah tetangga untuk meminta bantuan tenaga relawan dalam mempercepat penanganan bencana Gunung Semeru.

Tanpa dikomando, banyak relawan dari berbagai daerah, bahkan dari luar Pulau Jawa datang berbondong-bondong memberikan berbagai bantuan kepada warga yang terdampak APG Semeru di Kabupaten Lumajang.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada semua relawan dan bantuan yang diberikan kepada korban terdampak bencana Gunung Semeru. Kita perlu bersama untuk meringankan beban penderitaan saudara kita yang terkena musibah," katanya.

Bupati Lumajang menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru selama 30 hari terhitung mulai 4 Desember 2021 sampai dengan 3 Januari 2022 berdasarkan Surat Keputusan Nomor 188.45/525/427.12/2021.

Relawan dari berbagai daerah terus berdatangan dan membantu sesuai dengan keahliannya, ada yang bergabung dengan tim evakuasi, dapur umum, mendampingi penyembuhan trauma (trauma healing) anak-anak, distribusi bantuan, dan sebagainya.

Rasa empati yang cukup tinggi dari berbagai daerah untuk bencana Gunung Semeru juga diakui oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat melakukan silaturahmi dan koordinasi dengan para relawan di Kantor Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Selasa (7/12) malam.

Kepada para relawan yang berasal dari berbagai organisasi dan daerah di seluruh Indonesia tersebut, Gubernur Khofifah menyampaikan terima kasih dan apresiasinya bahwa para relawan hadir di Lumajang karena satu hal yakni panggilan kemanusiaan.

Khofifah sempat bertemu relawan dari Manado, Bantul dan Cirebon, sehingga mengakui ada gravitasi kemanusiaan yang luar biasa karena sisi kemanusiaan lah yang menghadirkan mereka di tempat posko bencana Gunung Semeru dan hal luar biasa yang dimiliki Indonesia yang disebut social capital dan rasa persaudaraan itu indah sekali.

Menurutnya, ada satu hal yang membuat tersentuh sekaligus memercikkan harapan di tengah kesedihan bencana Semeru yakni banyak pihak datang berbondong-bondong memberikan berbagai bantuan pada para korban terdampak APG Semeru.

Ia mengatakan orang-orang berhati mulia itu tidak hanya menolong warga atau membantu tugas pemerintah, namun kehadiran mereka memberikan semangat dan optimisme untuk bangkit dan pulih dari bencana.

"Dari mereka, kita belajar bahwa Indonesia sesungguhnya punya kekuatan yang sangat dahsyat, dalam bentuk empati dan solidaritas," ucap mantan Menteri Sosial itu.

Khofifah juga berharap para relawan juga membantu pemulihan secara psikologis. Dimana banyak para pengungsi saat ini ke pusat layanan kesehatan tetapi lebih banyak mengeluhkan soal psikis dibanding soal kesehatan.

Ia menyampaikan terima kasih kepada semua relawan yang dengan ikhlas mendedikasikan daya upayanya untuk menolong para korban bencana Gunung Semeru, sehingga berpesan untuk tetap menjaga kesehatan dan kewaspadaan, serta mematuhi protokol kesehatan karena masih dalam masa pandemi.

Bantuan berdatangan

Mendengar kejadian meletusnya Gunung Semeru pada Sabtu (4/12) sore, Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin langsung memerintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat untuk turun ke Kabupaten Lumajang dan membantu penanganan evakuasi di wilayah terdampak erupsi yang dipimpin langsung oleh Kepala Pelaksana BPBD Kota Probolinggo.

Hal tersebut dilakukan Pemkot Probolinggo sebagai bentuk kepedulian, rasa kemanusiaan, tanggap darurat serta membantu Pemkab Lumajang, sehingga beberapa peralatan dan tim berangkat pada Sabtu (4/12) malam dan bergabung dengan BPBD Kabupaten Lumajang.

Hal senada juga dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember yang juga menurunkan personelnya dari BPBD setempat untuk membantu BPBD Kabupaten Lumajang dalam hal evakuasi dan lainnya.

Bupati Jember Hendy Siswanto meminta BPBD setempat segera mengirimkan bantuan logistik dan sejumlah personel anggota tim reaksi cepat (TRC) BPBD Jember untuk membantu penanganan bencana Gunung Semeru.

Bantuan berupa tenaga dan barang terus berdatangan di sejumlah posko pengungsian dan Pendapa Arya Wiraja Kabupaten Lumajang dari warga, komunitas, lembaga, perbankan, perusahaan, partai politik, organisasi kemasyarakatan dan lainnya yang bersama-sama bergerak untuk membantu warga terdampak bencana Gunung Semeru.

Bahkan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat menggelar kegiatan khusus memasak satu ton rendang untuk membantu meringankan beban korban bencana guguran awan panas Gunung Semeru di Lumajang.

Rasa kemanusiaan yang menyatukan para relawan dan banyak pihak yang ikut membantu menjadi satu keyakinan bahwa nilai luhur bangsa tidak pernah luntur. Untuk itu, masyarakat Indonesia patut berbangga bahwa dalam berkembangnya individualisme, sesungguhnya akar budaya gotong royong dan saling membantu itu tak pernah hilang di bumi pertiwi ini.

 

Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021