Vokasi tidak mungkin berjalan sendiri
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjuk sebanyak lima perguruan tinggi vokasi atau kampus vokasi menjadi penggerak ekonomi daerah.

“Lima politeknik yang akan menjadi pengampu program yang berperan sebagai penggerak di setiap wilayah, yaitu Politeknik Negeri Medan (Medan), Politeknik Negeri Bengkalis (Riau), Politeknik Negeri Banjarmasin (Banjarmasin), Politeknik eL Bajo Commodus (Labuan Bajo), dan Politeknik Negeri Ujung Pandang (Kolaka),” ujar Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek, Saryadi, di Jakarta, Selasa.

Perguruan tinggi vokasi tersebut berkewajiban merancang langkah bersama dengan SMK dan juga lembaga kursus dan pelatihan, beserta sejumlah mitra lainnya dalam menyusun peta jalan kemitraan dunia usaha dan dunia industri serta menyepakati fungsi akselerator daerah.

Program tersebut merupakan rangkaian Gebyar Menara Vokasi yang diselenggarakan di lima daerah. Setiap perguruan tinggi vokasi harus berkomitmen menjalankan sejumlah nota kesepahaman yang sudah ditandatangani bersama dengan sejumlah pemangku kepentingan.

Baca juga: Mendikbudristek dorong PTV jadi tempat lahir inovasi

Baca juga: Kemendikbudristek dorong kampus vokasi kerja sama dengan industri


"Politeknik berperan menggerakkan dan harus melibatkan unsur satuan pendidikan lainnya, SMK dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP). Dari pertemuan dan forum diskusi kemudian terbentuklah berbagai kerja sama dalam bentuk nota kesepahaman atau MoU dan MoA,” jelas dia.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, mengatakan dalam kemitraan yang tepenting bukanlah gebyar acaranya, tetapi komitmen bersama mewujudkan pendidikan vokasi yang selaras dengan kebutuhan industri serta relevan dengan pembangunan, baik di daerah maupun di skala nasional.

"Vokasi tidak mungkin berjalan sendiri. Link and match, untuk bisa link mungkin tidak sulit, tapi untuk match ini masih menjadi tantangan. Kita harus tinggalkan cara tradisional, jangan kita mendidik dengan keyakinan sendiri yang ternyata sudah tidak relevan dengan kebutuhan industri yang kebaruannya begitu cepat," kata Wikan.

Fokus pembentukan akselerator daerah sendiri mengacu pada program destinasi super prioritas dan pembangunan ekonomi di kawasan 3T. Seperti di wilayah Toba, Sumatera Utara dan Labuan Bajo, NTT yang membutuhkan SDM terampil untuk pengembangan kawasan wisata. Peluang itu tentunya dapat diisi oleh para lulusan vokasi yang merupakan putra-putri daerah setempat.

Selain itu, dukungan serta komitmen dari Pemerintah Daerah sangatlah penting, terutama dalam mengatasi persoalan ketenagakerjaan. Ia mencontohkan kemitraan yang dibangun oleh Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) dan beberapa industri, seperti PT Vale, PT Antam, dan PT Ceria yang bekerja sama dalam pembuatan program studi di kampus cabang PNUP di Kolaka. Menurut Wikan, hal itu merupakan bentuk nyata dari "memasak bersama" antara pendidikan vokasi dengan industri. 

Baca juga: Kemarin pemerintah siapkan Rp270 miliar untuk Kampus Merdeka Vokasi

Baca juga: Kemendikbudristek anggarkan Rp270 miliar untuk Kampus Merdeka Vokasi


Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021