Jakarta (ANTARA) - SKK Migas saat ini sedang menyusun peta jalan inisiatif rendah karbon untuk pengelolaan lingkungan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di masa depan.
 
Peta jalan itu akan menjadi pijakan bagi industri hulu migas dalam mencapai target produksi minyak 1 juta barel dan 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030, dengan tetap mendukung pencapaian target pembangunan rendah karbon.

"Kami sedang melakukan kajian melalui bench marking potensi kegiatan dan strategi. Hasil bench marking akan digunakan untuk menyusun roadmap, sehingga dapat diketahui prioritas utama strategi untuk penurunan emisi karbon dalam rangka peningkatan produksi migas," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam pelaksanaan IOG 2021 di Badung, Bali, Senin.

Baca juga: IOG 2021 perdalam inisiatif rendah karbon dan migas nonkonvensional
 
Dwi menargetkan peta jalan itu bisa rampung dalam waktu tiga sampai empat bulan ke depan untuk mendukung pelaksanaan program yang akan dilakukan para kontraktor migas (KKKS) secara maksimal.

SKK Migas telah memiliki enam strategi untuk mengawal industri hulu migas agar menghasilkan emisi rendah karbon, yaitu penerapan kebijakan dan regulasi yang dapat mendukung penerapan rendah karbon; pengelolaan energi; zero routine flaring; mengurangi emisi kebocoran; penghijauan dan CCS/CCUS.
 
Bahkan salah satu program, yaitu program penghijauan telah masuk ke dalam Key Performance Indicator (KPI) SKK Migas.

Baca juga: Gas alam mampu dukung transisi energi untuk 40 tahun
 
 
"Sejak 2021, kami sudah memasukkan program penghijauan ke dalam KPI SKK Migas untuk memastikan realisasi proyek di lapangan," ujar Dwi.
 
Sejalan dengan komitmen industri hulu migas untuk mendukung pembangunan rendah karbon, SKK Migas bersama BP Indonesia melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk mengembangkan proyek Vorwata Enhanced Gas Recovery-Carbon Capture, Utilization and Storage (Vorwata EGR-CCUS) di Papua.
 
Melalui proyek ini, gas karbon dioksida yang diproduksi akan dinjeksikan kembali ke dalam reservoir Vorwata untuk membantu meningkatkan produksi gas.
 
Vorwata EGR-CCUS akan menjadi proyek EGR-CCUS pertama di Indonesia. Proyek ini diharapkan akan mulai beroperasi di tahun 2026 atau 2027.
 
Dengan proyek ini direncanakan sebanyak 4 juta ton gas karbon dioksida per tahun dapat diinjeksikan kembali ke dalam reservoir setiap tahun.

Secara total, jumlah karbon dioksida yang diinjeksikan akan mencapai 25 juta ton pada tahun 2035 dan 33 juta ton pada 2045.
 
Dari sisi produksi gas, proyek ini berpotensi meningkatkan produksi gas sebesar 300 miliar kaki kubik (BCF) pada 2035 atau mencapai 520 BCF pada 2045.
 
"Dengan melakukan hal ini, kami akan meningkatkan produksi sekaligus mengurangi emisi karbon," ujar Direktur Utama BP Indonesia Nader Zaki.
 
Saat proyek ini mulai beroperasi di tahun 2026 atau 2027, lanjut Zaki, Kilang LNG Tangguh akan menjadi salah satu kilang LNG dengan tingkat emisi karbon terendah di dunia.

Penandatangan nota kesepahaman tersebut merupakan langkah konkret SKK Migas mendukung pemerintah untuk menjawab tantangan perkembangan zaman terkait netralitas karbon.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021