Sekitar 700.000 kematian manusia setiap tahun memiliki keterkaitan dengan AMR. AMR disebut sebagai 'pandemi tersembunyi' yang berdampak pada kesehatan hewan dan manusia.
Badung (ANTARA) - Pemerintah Indonesia bersama Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengajak masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan antimikroba untuk mencegah resistensi antimikroba (AMR) yang disebabkan oleh penggunaan yang tidak tepat.

Antimikroba meliputi antibakteri atau antibiotik, antivirus, antijamur yang merupakan obat untuk mencegah dan mengobati infeksi mikroorganisme patogen pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

"Sekitar 700.000 kematian manusia setiap tahun memiliki keterkaitan dengan AMR. AMR disebut sebagai 'pandemi tersembunyi' yang berdampak pada kesehatan hewan dan manusia," ujar Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal saat acara puncak Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia 2021 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu.

Baca juga: FAO minta seluruh negara membuat sistem pertanian pangan yang tangguh

Ia mengatakan, AMR tengah meningkat pada level yang mengkhawatirkan di berbagai belahan dunia dan mengancam kemampuan manusia untuk dapat mengobati penyakit menular umum seperti pneumonia dan tuberculosis.

Demikian pula dengan penyakit infeksi pada hewan, khususnya ternak yang menjadi semakin sulit atau bahkan tidak mungkin untuk diobati, ketika antibiotik menjadi kurang efektif.

"Pada sektor pertanian, ini tentu menyebabkan kerugian dalam proses produksi, berdampak pada mata pencaharian dan mengancam ketahanan pangan. Selain itu AMR dapat menyebar di antara inang dan lingkungan yang berbeda dan mikroorganisme yang resisten terhadap antimikroba dapat mencemari rantai makanan," katanya.

Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia, mengajak seluruh masyarakat global termasuk para pemangku kepentingan untuk dapat meningkatkan kepedulian tentang bahaya AMR serta pentingnya penggunaan antimikroba dengan bijak.

"Kami ingin mengajak semua pemangku kepentingan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan dan masyarakat untuk menjadi pejuang kesadaran resistensi antimikroba dalam keluarga komunitas dan lingkungan kerja," kata Rajendra Aryal.

Baca juga: Dinkes: Konsumsi antibiotik sembarangan akibatkan gangguan kesehatan

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sambutan yang disampaikan secara virtual mengatakan, untuk sektor pertanian, peternakan, dan kesehatan hewan, AMR menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan ketahanan pangan.

"Selain tentunya ini juga mengancam pengembangan kesehatan hewan yang berkelanjutan," ungkapnya.

Menurutnya, sektor pertanian sendiri akan sulit untuk menahan ancaman sebesar itu sehingga pihaknya berkomitmen untuk menjalani kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan.

"Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas sektor pertanian dalam mengelola risiko AMR dan membangun ketahanan terhadap dampak AMR," ujar Syahrul Yasin Limpo.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021