Maka dari itu cara kita untuk meningkatkan agar pangan menjadi terjangkau, satu-satunya cara adalah menekan biaya produksi...
Jakarta (ANTARA) - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sebagai calon induk Holding BUMN Pangan mengungkapkan digitalisasi di sektor pangan sangat penting dalam menekan biaya produksi.

Komisaris Independen PT RNI Marsudi Wahyu Kisworo menyampaikan pangan itu syaratnya pangan itu harus murah, terjangkau, namun produksinya juga harus efisien.

"Maka dari itu cara kita untuk meningkatkan agar pangan menjadi terjangkau, satu-satunya cara adalah menekan biaya produksi atau cost dan menekan ongkos produksi adalah salah satu kehebatan dari digitalisasi, baik di sektor hulu misalnya ladang dan kebun, kemudian di bagian processing sampai ke distribusi, serta pengolahan hasil akhirnya," ujar Marsudi dalam diskusi daring Inovasi untuk Pangan Tumbuh Indonesia Tangguh di Jakarta, Selasa.

Penerapan teknologi digital, lanjutnya, mulai dari kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), machine learning, dan digitalisasi di semua sektor, maka akan menurunkan biaya dan ketika biaya turun maka margin akan mengalami kenaikan.

Baca juga: Bappenas: "Food loss-food waste" RI capai 184 kg per orang per tahun

Ia juga mengatakan bahwa berbicara soal rantai pasok maka aliran barang bergerak mulai dari vendor seperti perkebunan, pertanian, peternakan dan pelabuhan (kalau impor), transportasi dan pergudangan sampai dengan ke tangan konsumen.

Aliran barang dalam rantai pasok pangan bersifat satu arah, namun kalau melihat aliran informasinya maka sifatnya dua arah. Aliran informasi di rantai pasok pangan terjadi dari hulu sampai ke hilir dan begitu juga sebaliknya.

Dahulu sebelum era digitalisasi terjadi di sektor pangan, kata dia, ini terjadi masalah karena informasi dalam rantai pasok pangan hanya mengikuti aliran barang. Jadi hanya dari arah hulu menuju hilir.

"Sementara banyak sekali informasi yang diperlukan pada sektor hulu, misalnya berapa produksi garam yang harus dibuat, berapa stok daging yang harus diproduksi dan lokasinya ada di mana dan sebagainya. Ini merupakan informasi-informasi yang berada di bagian hilir namun tidak sampai ke hulu sehingga terjadilah masalah dalam distribusi pangan," kata Marsudi.

Baca juga: Pemerintah fokus pertanian digital-pengolahan komoditas

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021