Wina (ANTARA) - Badan pengawas atom PBB mencapai kesepakatan dengan Iran pada Minggu (12/9) untuk memecahkan "masalah paling mendesak" di antara mereka, melakukan servis peralatan pemantauan yang terlambat agar tetap berjalan.

Kesepakatan itu meningkatkan harapan pembicaraan baru tentang kesepakatan yang lebih luas dengan Barat.

Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi memperoleh kesepakatan itu di menit-menit terakhir perjalanannya ke Teheran yang disebutnya "konstruktif" sebelum pertemuan Dewan Gubernur yang beranggotakan 35 negara minggu ini.

Kekuatan Barat mengancam akan mengupayakan resolusi di pertemuan itu yang mengkritik Iran karena menghalangi IAEA.

Sebuah resolusi berisiko meningkatkan ketegangan dengan Teheran yang dapat menghilangkan prospek untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung yang lebih luas antara Iran dan Amerika Serikat tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.

Baca juga: IAEA: Iran halangi pembicaraan ihwal kesepakatan nuklir yang timpang

Kesepakatan nuklir itu bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir jika negara itu memilih untuk (mengembangkannya). Iran menyangkal pernah ingin melakukannya.

Pembicaraan-pembicaraan itu berhenti pada Juni, dan presiden garis keras Iran, Ebrahim Raisi, mulai menjabat pada Agustus.

Kekuatan Barat telah mendesak Iran untuk kembali bernegosiasi dan mengatakan waktu hampir habis karena program nuklirnya telah jauh melampaui batas yang ditetapkan oleh kesepakatan, yang ditinggalkan Washington pada 2018.

"Ini bukan solusi permanen, ini tidak bisa menjadi solusi permanen. Ini selalu dilihat, setidaknya bagi saya, sebagai pengganti sementara, sebagai langkah untuk memberikan waktu bagi diplomasi," kata Grossi kepada wartawan di bandara Wina setelah perjalanannya.

Dia menambahkan: "Kami berhasil memperbaiki masalah yang paling mendesak: Hilangnya pengetahuan yang segera kami hadapi hingga kemarin. Sekarang kami memiliki solusi."

Baca juga: IAEA: Iran mulai mengayakan uranium kemurnian 60 persen

Koordinator pembicaraan nuklir yang sekarang terhenti, direktur politik Uni Eropa Enrique Mora, mengatakan di Twitter bahwa perjanjian itu "memberi ruang untuk diplomasi", seraya menambahkan bahwa pembicaraan itu penting untuk dilanjutkan sesegera mungkin.

Perjanjian 2015 memperkenalkan pemantauan area tambahan program nuklir Iran di luar yang diawasi di bawah kewajiban hukum inti Iran kepada IAEA.

Iran mengatakan pada Februari bahwa pihaknya mengabaikan pemantauan itu, yang mencakup bidang-bidang seperti pembuatan suku cadang untuk pemusing - mesin yang memperkaya uranium.

Khawatir bahwa tanpa pemantauan area-area tersebut, Iran dapat secara diam-diam mengambil sejumlah peralatan dan material yang tidak diketahui yang berpotensi digunakan untuk membuat senjata nuklir, Grossi sebelumnya telah mencapai kesepakatan dengan Teheran untuk tetap melakukan servis peralatan tersebut, meskipun Iran kemudian mengabaikannya juga.

Baca juga: Iran akan tutup akses IAEA awasi nuklir jika AS tidak cabut sanksi

Peralatan itu harus diservis setiap tiga bulan untuk memastikan kartu memorinya tidak penuh dan tidak ada celah dalam pemantauan. Dengan tiga bulan telah berlalu lebih dari dua minggu yang lalu, kesepakatan itu datang seiring berlalunya waktu.

Grossi berhenti mengatakan bahwa apa yang disebut kontinuitas pengetahuan telah dipertahankan tetapi mengatakan perjanjian itu memberi IAEA sarana teknis yang dibutuhkan.

"Rekonstruksi dan penyatuan atas potongan-potongan teka-teki itu akan datang ketika ada kesepakatan di tingkat JCPOA, tetapi pada saat itu kami akan memiliki semua informasi ini dan tidak akan ada celah," katanya, merujuk pada kesepakatan 2015 dengan nama lengkapnya, Rencana Aksi Komprehensif Bersama.

Servis peralatan pemantau akan dimulai "dalam beberapa hari", kata Grossi, seraya menambahkan bahwa bahkan kamera yang rusak dan dipindahkan dari bengkel mesin pemusing yang menjadi korban dugaan sabotase pada bulan Juni akan diganti.

Baca juga: IAEA benarkan Iran produksi bijih uranium, langgar pakta nuklir 2015

Masalah lebih lanjut

Kesepakatan itu tidak banyak membantu menyelesaikan masalah lain antara IAEA dan Iran, yaitu kegagalan Teheran untuk menjelaskan jejak uranium yang ditemukan di tiga bekas situs yang tidak diumumkan.

Grossi mengatakan Iran telah mengundangnya untuk segera kembali dan dia berharap untuk bertemu dengan "otoritas tertinggi" negara itu.

"Ini mungkin memakan waktu. Ini tidak heroik tetapi jauh lebih baik daripada alternatif apa pun," katanya tentang upaya untuk menyelesaikan masalah itu.

Para diplomat mengatakan AS dan sekutunya di Eropa belum memutuskan apakah akan mencari resolusi terhadap Iran pada pertemuan Dewan Gubernur IAEA, yang dimulai pada Senin.

"Jelas, sebuah resolusi kecil kemungkinannya sekarang," kata seorang diplomat yang berbasis di Wina.

Saat menggambarkan "konsesi" Iran atas pemantauan sebagai "sangat terbatas," analis Eurasia Group Henry Rome mengatakan "konsesi itu hampir pasti akan cukup untuk mencegah kecaman pada pertemuan minggu ini."

Sumber: Reuters

Baca juga: Iran bakal usir pengawas IAEA jika sanksi tidak dicabut
Baca juga: Iran tolak usulan IAEA yang ingin ubah isi perjanjian nuklir JCPoA

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021