Tim dari SMA IT Ummul Quro Kota Bogor yakni, Hanan Mardiyah Mulyana (Hanan) dan Shadrina Nur Isranti (Sasa) membuat produk "hand sanitizer" berbentuk semprotan dengan bahan bekicot (Achatina fulica)
Bogor (ANTARA) - Tim dari Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMA IT) Ummul Quro Kota Bogor, Jawa Barat berhasil meraih juara kedua lomba karya ilmiah "World Youth Invention and Innovation Award (WYIIA) 2021" dengan penelitian bekicot sebagai bahan "hand sanitozer", yang diikuti oleh sebanyak 377 tim dari 34 negara.

"Ini prestasi yang membanggakan, meskipun meraih juara kedua. Prestasi ini sudah melampaui harapan kami, yang semula ingin mengikuti lomba tingkat nasional saja," kata Guru Pembimbing Tim SMA IT Ummul Quro, Sri Mulyani  saat dihubungi di Bogor, Selasa.

Lomba WYIIA 2021 tersebut diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bekerja sama dengan Indonesian Young Scientist Association (IYSA) secara virtual, pada 17-21 Agustus 2021.

Selain dari Indonesia, peserta lomba itu antara lain dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Korea Selatan, Turki, Thailand, Malaysia, dan Azerbaijan, yakni masing-masing, mempresentasikan materi lombanya secara virtual dan ada proses tanya jawab dari dewan juri kepada peserta lomba.

Sri Mulyani yang akrab disapa Cici mengatakan, Tim dari SMA IT Ummul Quro Kota Bogor yakni, Hanan Mardiyah Mulyana (Hanan) dan Shadrina Nur Isranti (Sasa) membuat produk "hand sanitizer" berbentuk semprotan dengan bahan bekicot (Achatina fulica).

"Tim SMA IT Ummul Quro mendapat kesempatan mempresentasikan materi lombanya pada 18 Agustus, dan pengumuman pemenang diumumkan secara virtual pada 21 Agustus lalu," katanya.

Ia menjelaskan, tim dari SMA IT Ummul Quro mengikuti lomba WYIIA 2021 atas saran dari IYSA yang sebelumnya menyelenggarakan lomba karya ilmiah tingkat nasional, NYFF 2021. "Pada lomba tingkat nasional itu, kami mendapat juara pertama," katanya.

Cici sebagai guru pembimbing dan pembina kelompok ilmiah remaja (KIR) di sekolahnya, mendorong para siswa untuk mengikuti lomba ilmiah remaja. Ia juga rajin mencari informasi mengenai lomba karya ilmiah remaja dan obyek yang menarik untuk diteliti.

Pembuatan hand sanitizer dari bahan baku bekicot, menurut dia, dilatarbelakangi pada situasi pandemi COVID-19 saat ini, di mana pemerintah menyarankan masyarakat mengunakan hand sanitizer.

Dari pencarian di internet juga diketahui bahwa cangkang bekicot mengandung zat kitin yang dapat diubah menjadi kitosan. "Zat kitosan ini mampu membunuh jamur," katanya.

Pertimbangan lainnya, bekicot banyak di temukan di sekitar sekolah dan belum dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Dari hasil studi pustaka melalui 'browsing' dan pertimbangan bekicot banyak ditemukan di sekitar sekolah sehingga memutuskan peneliti bekicot," katanya.

Penelitian dilakukan mulai Desember 2020 hingga April 2021, karena sasarannya untuk mengikuti lomba karya ilmiah remaja tingkat nasional. "Cangkang bekicot ditumbuk sampai halus dan disaring. Selanjutnya dilakukan beberapa proses kimia untuk mendapatkan kitin yang dapat diubah menjadi kitosan," katanya.

Bahan dari cangkang serta lendir bekicot, dilarutkan dalam alkohol menjadi "hand sanitizer" dan digunakan dengan cara disemprot.

Untuk mengetahui efektifitas hand sanitizer tersebut, dilakukan uji laboratorium terhadap dua spesies bakteri, yakni Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, yakni ditempatkan pada medium agar-agar dan disemprotkan hand sanitizer. Untuk control negatif, disemprotkan dengan aquades.

"Hasilnya sangat nyata," demikian Sri Mulyani.

Baca juga: UNY kembangkan salep luka bakar dari bekicot

Baca juga: BPOM dan UMKM produksi hand sanitizer dari nira aren

Baca juga: Mahasiswi UNS produksi penyanitasi tangan berbahan alam

Baca juga: Siswa SMA di Bogor ciptakan penjernih air untuk lokasi banjir

 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021