Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan warga yang mengalami gangguan psikologis di daerah sekitar Gunung Merapi jumlahnya meningkat pascaletusan gunung itu.

Pada kondisi normal, jumlah penderita gangguan psikikologis sekitar 10 persen dari populasi dan pascaletusan Merapi diperkirakan naik menjadi 20 persen dari populasi, kata Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Bondan Agus Suryanto di Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, kenaikan jumlah penderita gangguan psikologis tersebut adalah wajar saat terjadi bencana alam dengan skala yang cukup besar seperti letusan Gunung Merapi sejak akhir Oktober lalu.

Dengan kondisi tersebut maka jumlah penderita gangguan jiwa dari tingkat ringan hingga sedang di Kabupaten Sleman bisa mencapai sekitar 500 orang, dan sekitar 300 orang di Kabupaten Magelang.

Berdasarkan data, jumlah penderita gangguan psikologis yang terdata di DIY pascaletusan Gunung Merapi mencapai 386 orang ditambah 106 orang di Magelang. "Kemungkinan besar jumlah tersebut masih akan bertambah karena kami masih terus melakukan pemeriksaan," katanya.

Berbagai upaya akan dilakukan untuk mendampingi penderita gangguan psikologis itu, termasuk melakukan perawatan di rumah.

Di Kabupaten Sleman telah disiapkan sebanyak 21 psikolog, 23 residen spesialis jiwa, lima psikiater, 122 perawat kesehatan jiwa, sedang di Jawa Tengah telah disiapkan lima psikiater, 30 perawat kesehatan jiwa dan tiga psikolog.

"Kami akan meneruskan perawatan di rumah. Jika gangguan psikologisnya berat harus diberi obat, tetapi pemberian obat tersebut harus dihentikan saat penderita sudah mulai sembuh diganti dengan pendampingan psikologis," ujarnya.

Perawat kesehatan jiwa, kata dia juga akan diterjunkan untuk mengunjungi pengungsi yang pernah mengalami gangguan psikologis saat mereka sudah kembali ke rumah masing-masing.

Sementara itu, untuk menjaga kesehatan lingkungan, Dinas Kesehatan Provinsi DIY meminta masyarakat untuk melakukan desinfeksi terhadap rumah dan juga perabot rumah tangga yang telah dipenuhi debu.

"Satu liter lysol bisa dilarutkan dalam 20 liter ari, dan kemudian dipercikkan ke lantai sebelum dipel atau bisa untuk membasuh perabotan rumah tangga," katanya.

Pembersihan juga dapat dilakukan terhadap sumber-sumber air seperti sumur dengan kaporit atau tawas atau aquatabs.

"Setiap pagi, jendela dan semua pintu sebaiknya dibuka agar terjadi pergantian udara dengan baik," lanjutnya.

Sedangkan untuk kebersihan diri dan keluarga tetap dilakukan dengan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau setelah membersihkan lingkungan serta meminum air yang telah masak dan membuang sampah di tempatnya.

(E013/M008/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010