New York (ANTARA) - Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) tidak menemukan adanya kaitan antara radang jantung dan vaksin COVID-19, menurut direktur Rochelle Walensky pada Selasa (27/4).

"Kami tidak melihat adanya sebuah tanda dan kami sebenarnya secara sengaja telah mencari tanda tersebut pada 200 juta dosis lebih yang telah kami berikan," kata Walensky saat konferensi pers.

Menurutnya, CDC sedang berkomunikasi dengan Departemen Pertahanan AS (DOD) atas penyelidikan 14 kasus radang jantung atau miokarditis pada penerima vaksin melalui layanan kesehatan militer.

"Ini sebuah demografi yang berbeda dari yang biasanya kami lihat dan kami akan berkoordinasi dengan Departemen Pertahanan AS guna memahami apa yang terjadi pada 14 kasus tersebut," lanjutnya.

Program vaksinasi AS menyasar kaum lansia Amerika terlebih dahulu, dan kekhawatiran soal miokarditis terjadi pada penerima vaksin yang lebih muda. Sedikitnya 17,9 juta orang berusia 30 tahun ke bawah di AS telah menerima dosis pertama vaksin COVID-19, berdasarkan data CDC.

Kementerian Kesehatan Israel pada Minggu mengatakan sedang mendalami segelintir kasus radang jantung pada penerima vaksin COVID-19 Pfizer, meski pihaknya belum menarik kesimpulan apa pun. Sebagian besar kasus di Israel dilaporkan pada mereka berusia hingga 30 tahun.

Pfizer mengaku belum mengamati tingkat kondisi yang lebih tinggi dari yang biasanya diperkirakan pada masyarakat umum.

COVID-19 sendiri telah dihubungkan dengan kasus miokarditis pada sejumlah pasien.

Sumber: Reuters
Baca juga: CDC: AS telah berikan 187 juta dosis vaksin COVID-19
Baca juga: Bulan pertama vaksinasi Pfizer, Moderna di AS tak ada masalah keamanan
Baca juga: AS laporkan lagi reaksi alergi parah terhadap vaksin COVID-19

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021