Jakarta (ANTARA) - BPJS Kesehatan bersama Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupaya mendorong pengurus, pengawas, dan anggota koperasi, serta para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk menjadi peserta JKN-KIS berstatus aktif.

“Sampai akhir Maret 2021, jumlah peserta JKN-KIS telah mencapai 82,3 persen dari total penduduk Indonesia,” ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Meski target Universal Health Coverage (UHC) yang ditetapkan Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN), yakni 98 persen penduduk Indonesia, sudah di depan mata, Ghufron menegaskan bahwa BPJS Kesehatan memerlukan dukungan segenap pihak untuk bergerak bersama merealisasikan cita-cita jaminan kesehatan semesta tersebut.

Baca juga: BPJS Kesehatan-Kemhan teken kesepakatan pemutakhiran data peserta TNI

Baca juga: BPJS Kesehatan mutakhirkan kepesertaan JKN-KIS anggota Polri


“Sinergi lintas sektoral merupakan upaya strategis yang sangat dibutuhkan dalam mencapai hal tersebut. Kementerian Koperasi dan UMKM sebagai lembaga yang berwenang mengelola koperasi serta usaha mikro, kecil dan menengah diharapkan dapat mendukung keberlangsungan Program JKN-KIS. Anggota koperasi dan tenaga kerja UMKM ini berpotensi menjadi peserta JKN-KIS,” katanya.

Sesuai data yang tercantum pada Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM RI Nomor 5 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UMKM Tahun 2020 – 2024, jumlah anggota koperasi tahun 2019 sebanyak 22.463.738 jiwa dan jumlah tenaga kerja UMKM tahun 2018 sebanyak 116.978.631 jiwa.

BPJS Kesehatan mencatat sampai akhir Maret 2021, entitas badan usaha yang telah menjadi peserta JKN-KIS adalah 333.567 badan usaha, terdiri atas 26.294 badan usaha besar, 111.418 badan usaha menengah, 63.000 badan usaha kecil, dan 132.855 badan usaha mikro.

“Kami juga berharap untuk meningkatkan akurasi dan keabsahan data peserta JKN-KIS, Kementerian Koperasi dan UMKM dapat segera melakukan integrasi data anggota koperasi dan UMKM dengan data peserta JKN-KIS,” tambah Ghufron.

Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan, David Bangun menambahkan bahwa dengan menjadi peserta JKN-KIS, pembiayaan kesehatan pelaku UMKM dan pengurus, pengawas, serta anggota Koperasi dapat terjamin dalam skema Program JKN-KIS.

Hal ini berdampak pada produktivitas dan peningkatan kualitas UMKM serta koperasi sebagai pondasi perekonomian Indonesia.

“Artinya, apabila kepesertaan JKN-KIS badan usaha menengah, kecil dan telah terpenuhi, kesejahteraan ekonomi pekerja akan terlindungi, sehingga tidak jatuh ke dalam jurang kemiskinan saat mengalami sakit atau kehilangan pekerjaan, terutama di masa pandemi saat ini,” ujarnya.

Baca juga: Layanan JKN-KIS didukung pemanfaatan pengenalan wajah dari Dukcapil

Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Teten Masduki menerangkan bahwa dari total UMKM di Indonesia saat ini, 98 persen diantaranya merupakan usaha mikro. Oleh karena itu, sangat penting bagi pekerja UMKM memiliki jaminan kesehatan.

“Untuk memperluas kepesertaan JKN-KIS, bisa dimulai dengan melakukan sosialisasi kepada 100 koperasi besar dan koperasi yang sudah menjadi mitra Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM).  Kami juga siap mendukung BPJS Kesehatan melalui integrasi data pekerja koperasi dan UMKM,” kata Teten.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021