Makassar (ANTARA) - Plt Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaeman mengemukakan peristiwa ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Makassar telah menciderai toleransi di Sulawesi Selatan.

"Kita berduka yang sangat mendalam dan meminta kepada aparat bahwa ini harus ditelusuri dan tindak tegas sesuai hukum yang berlaku," ujarnya melalui keterangan resminya di Makassar, Minggu.

Atas nama Pemerintah Provinsi Sulsel Andi Sudirman mengecam tindakan seperti ini dan mendukung pihak aparat keamanan untuk terus menelusuri dalang dan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu pagi tadi.

Baca juga: Pelatih dan pemain PSM kecam bom bunuh diri di Makassar

"Kami dukung gerakan dan tindakan secara tegas dan terukur oleh kepolisian baik pusat maupun daerah dan juga aparat TNI dan semua yang kemudian bergerak secara bersama untuk menuntaskan kasus ini," urainya.

Selain itu, secara tegas, Andi Sudirman mengemukakan tindakan ini bukan bagian daripada sebuah agama tertentu, meskipun mengatasnamakan agama. "Ini adalah merusak hubungan yang terjadi selama ini di negara NKRI," katanya.

Forum Kerukunan Umat Beragama Sulsel juga mengutuk keras perilaku keji yang dilakukan oleh para oknum tersebut, termasuk ketika alibinya membawa nama agama.

Baca juga: Kapolda Sulsel: Bom Gereja Katedral masuk kategori "high explosive"

"Tentu saja perlu dikutuk, majelis kerukunan umat beragama mengutuk tindakan keji ini yang merusak orng lain dan ini sangat-sangat terkutuk," kata Ketua FKUB Sulsel Prof Rahim Yunus.

Prof Rahim mengatakan dilihat dari sudut mana saja, semua agama tidak membenarkan hal ini, kita mengharapkan perdamaian dan persatuan dan kerukunan. Meski berbeda-beda sesuai ajaran agama, tetapi kita tetap satu di Indonesia ini.

"Tentu saja kami dari FKUB memiliki beragam program untuk mencegah hadirnya orang-orang yang berniat seperti ini, dan tentu kita harus ambil langkah-langkah pencegahannya," ujar dia.

Baca juga: Plt Gubernur Sulsel langsung pulang usai meledaknya bom di Makassar

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021