pondok pesantren memiliki peran penting dalam ekosistem mata rantai ekonomi halal di Indonesia
Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mendorong kemandirian ekonomi pesantren sebagai salah satu penggerak perekonomian nasional secara berkelanjutan.

"Saat ini jumlah pondok pesantren lebih dari 28.000 dengan jumlah santri lebih dari 18 juta orang sehingga pondok pesantren memiliki peran penting dalam ekosistem mata rantai ekonomi halal di Indonesia," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Selasa.

Ia mengatakan dengan potensi yang sangat besar, BI menempatkan peran penting pondok pesantren dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah melalui program pengembangan kemandirian ekonomi pesantren. Menurut dia, program pengembangan tersebut dirancang untuk mendukung unit-unit usaha secara berkesinambungan sehingga bisa menunjang kemandirian penyelenggaraan pendidikan sekaligus meningkatkan kesejahteraan umat.

Ia mengatakan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Surakarta sejak 2017 telah mengembangkan 10 unit usaha pondok pesantren di Soloraya dalam rangka mendukung program kemandirian ekonomi pondok pesantren tersebut.

"Program tersebut antara lain berupa pengembangan unit usaha air minum dalam kemasan (AMDK), cake and bakery, konveksi, budidaya perikanan, dan pertanian," katanya.

Bahkan ke depan, dikatakannya, untuk mendukung akselerasi penguatan dari unit-unit usaha yang ada di pondok pesantren, unit bisnis antarpesantren diharapkan dapat bersinergi dalam meningkatkan dan memberdayakan bisnis pesantren sehingga kerja sama antar pesantren bisa makin masif.


Baca juga: BI dorong potensi pesantren gerakkan ekonomi syariah inklusif


"Selanjutnya sinergi tersebut diharapkan dapat mewujudkan ekonomi pesantren yang benar-benar bisa bersaing dengan pelaku-pelaku ekonomi lainnya," katanya.

Ia mengatakan Pondok Pesantren Darussalam merupakan salah satu pondok pesantren di Kabupaten Boyolali yang menerima dukungan untuk pengembangan unit usahanya, yaitu pertanian. Ia mengatakan pondok pesantren ini tidak hanya fokus pada aspek pendidikan agama tetapi juga mulai berperan dalam pengembangan di sektor ekonomi pesantren melalui budidaya pertanian.

"Memiliki lahan seluas 7.035 m2 yang sebagian besar digunakan untuk bangunan, sisa lahan dimanfaatkan untuk usaha budidaya hortikultura antara lain jagung, padi, dan cabai," katanya.

Melihat potensi tersebut, pihaknya mendorong pondok pesantren mengembangkan komoditas cabai untuk mewujudkan kemandirian ekonominya, sekaligus membantu menjaga ketersediaan pasokan cabai yang pada akhirnya turut berkontribusi pada upaya pengendalian inflasi.


Baca juga: Langkah BI berdayakan ekonomi pesantren diapresiasi Anggota DPR


"Ini sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi. Melalui Program Sosial Bank Indonesia untuk pembelian peralatan pertanian dan pengolahan produk hasil pertanian pada tahun 2020, Ponpes Darussalam mulai menanam cabai pada bulan Desember 2020 di lahan seluas 1.750 m2," katanya.

Ia mengatakan budidaya cabai di Pesantren Darussalam sudah berjalan selama empat tahun dengan pola bergantian tanam dengan komoditas lainnya. Pada tahun 2021, dikatakannya, untuk jenis cabai yang ditanam adalah cabai keriting jenis benih CLAUSE dengan jumlah tanaman sekitar 2.750 batang.

"Penanaman cabai ini sekaligus sebagai tindak lanjut dari gerakan tanam cabai di pekarangan yang digiatkan KPw BI Solo pada 2019 dengan menggandeng ponpes dan lembaga pendidikan lainnya. Gerakan ini diinisiasi dalam rangka mendukung kemandirian pangan dan ketersediaan pasokan cabai sehingga dapat menjaga stabilitas inflasi," katanya.


Baca juga: BI sebut pesantren bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi

Baca juga: BI latih kewirausahaan 19 pondok pesantren

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021