Terapi seni sudah menjadi metode terapi di 41 balai/UPT Kemensos
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Sosial menerapkan terapi seni (art therapy) sebagai salah satu media untuk menjaga kesehatan mental penerima layanan di balai sekaligus menumbuhkan kewirausahaan.

"Terapi seni sudah menjadi metode terapi di 41 balai/UPT Kemensos," kata Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat di Jakarta, Rabu.

Terapi seni merupakan bagian dari Implementasi Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) bagi penerima layanan berbasis residensial dengan pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan bagi penerima layanan.

Terapi Seni juga sebagai salah satu media untuk menjaga kesehatan mental bagi Penerima layanan dengan cara-cara kreatif termasuk membuat karya seni.

Salah satunya seperti Balai Anak Rumbai Pekanbaru mengembangkan terapi seni bagi Penerima Layanan dengan menciptakan produk lampu tidur hias dari pipa paralon bekas, berbagai miniatur kerajinan dari besi bekas serta pembuatan ikat kepala khas melayu Riau, Tanjak.

Baca juga: Kemensos dukung penerapan terapi seni dalam pendidikan difabel

Baca juga: Praktisi: Ekspresikan diri secara bebas cegah stres saat pandemi


Kepala BRSAMPK Rumbai Pekanbaru, Ahmad Subarkah mengatakan kegiatan terapi seni tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan vokasional, menumbuhkan jiwa kewirausahaan serta pemanfaatan waktu luang yang positif bagi penerima layanan.

Pembuatan lampu tidur dari pipa paralon bekas, pembuatan Tanjak dan pembuatan miniatur dari besi menghasilkan miniatur piano, pompa minyak, gitar, pot bunga shabby dan miniatur produk lainnya dilaksanakan dengan pendampingan dari pekerja sosial, instruktur, dan pembina lainnya serta melibatkan mahasiswa magang dari Universitas Islam Riau, Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Mahasiswa UIN Sultan Syarif kasim.

Pekerja sosial BRSAMPK Rumbai Pekanbaru Yustisia menyampaikan bahwa aktivitas seni dalam terapi seni bukanlah hanya kegiatan untuk mengisi waktu luang, melainkan mempunyai dampak secara psikologis bagi yang melakukannya.

Selain itu, kegiatan terapi seni bagi penerima layanan bukan hanya ditujukan sebagai wadah ekspresi diri, namun ketertarikan penerima layanan melakukan kegiatan tersebut digerakkan oleh dorongan-dorongan alam bawah sadar yang membuat dorongan tersebut tersalurkan dengan tepat dan membuat diri menjadi lebih nyaman lagi, sehingga berdampak positif bagi pikiran emosi dan perilaku, ujar Yustisia.

Penerima layanan sangat antusias ketika mengikuti setiap sesi kegiatan terapi seni dan diharapkan selain dapat bermanfaat untuk diri penerima layanan dalam mengeksplorasi dan memahami diri, serta menghasilkan produk dan mempunyai nilai jual sehingga menambah kepercayaan diri bagi penerima layanan karena karya seninya dihargai.

Baca juga: Seni terapi dengan jeruk

Baca juga: Penghuni Liponsos Keputih Surabaya beroleh terapi seni musik

 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020