Jakarta (ANTARA News) - Deretan foto tentang Iran dan Indonesia menghiasi sekeliling dinding pertemuan dipadu dengan alunan lagu timur tengah membahana seisi ruangan dalam acara peringatan hubungan diplomatik Indonesia-Iran ke-60 di Gedung Museum Nasional di Jakarta, Selasa (27/4).

Iran bukanlah hal baru bagi Indonesia, berawal dari Iran mengakui keberadaan negara Indonesia pada 1950, hingga pertukaran delegasi kedua belah negara serta aktif bersama di berbagai organisasi internasional PBB, IAEA, dan OKI.

"Hubungan diplomatik ini sudah terjalin lama, sebagai hubungan antar dua negara Islam," kata Pemimpin spiritual bidang hubungan luar negeri Iran, Ali Akbar Velayati.

Dalam buku sejarah pun hubungan Indonesia dan Iran sudah terlibat beberapa ratus tahun lalu ketika kerajaan Sriwijaya (salah satu kerajaan besar di Indonesia) menjalin kerjasama dengan kerajaan Persia Iran hingga perdagangan di jalur sutera.

Persamaan budaya terlihat dari beberapa bahasa melayu yang diadopsi dari bahasa farsi Iran, hikayat-hikayat rakyat Indonesia yang bernuansa Iran seperti Amir Hamzah dan Muhammad Hanafiah dan perayaan asyura yang dilakukah warga di daerah Bengkulu dan Padang, Sumatera untuk memperingati gugurnya Husain bin Ali cucu Nabi Muhammad SAW di padang Karbala.

"Sebanyak 400 bahasa farsi telah diadoptasi ke bahasa melayu," kata Ketua DPD RI Irman Gusman.

Pertemuan bilateal dihadiri Ketua DPD RI Irman Gusman, Pemimpin spiritual bidang hubungan luar negeri dan mantan menteri luar negeri Iran (1981-1997) Akbar Velayati, Dubes Iran untuk Indonesia Mahmoud Mozaffari, Ketua Bidang Sejarah Kementerian Budaya dan Pariwisata Endjat Djaenuderadjat, Kepala Gedung Museum Nasional Retno Sulistyowati, dan anggota DPD RI AM Fatwa.

Acara itu dikemas dalam seminar internasional dengan tema Culture, Civilization, Literature, and Arts; Religy, Philosophy, Sufism, Trade, and Shipping in Historical Ralations; and History of Diplomatic and Politic Relations dan memberikan hal positif ke masyarakat.

"Sekitar 300 peserta telah mendaftar seminar dari berbagai kalangan masyarakat civitas akademik, masyarakat, wartawan dan dll," kata Endjat yang mewakili Jero Wacik, Menteri Budaya dan Pariwisita yang berhalangan karena sedang di Kamboja.

Pertemuan bilateral itu bertema Hubungan Sejarah Dan Kebudayaan Indonesia - Iran yang dimulai dengan lagu kebangsaan dua negara, hiburan lagu tradisional kedua negara (tari saman Aceh) dilanjutkan dengan beberapa sambutan hingga acara puncak pembukaan oleh Irman Gusman dan Ali Akbar Velayati yang ditandai dengan memukul rafa (alat kesenian sejenis rebana dari Iran).

"Pertemua ini adalah tempat saling berbagi antara keunggulan dua negara, apa yang Indonesia punya dan sebaliknya apa yang Iran punya," kata Mahmoud.

Hubungan Indonesia dan Iran dalam bidang politik tampak dalam kunjungan kedua belah kepala Negara ke negara masing-masing sedangkan dalam bidang pendidikan dan budaya sudah terbentuk dengan pertukaran mahasiswa dan pelajar, pemberian beasiswa dan olimpiade matematika dan kimia.

Dalam bidang Ekonomi pun, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad telah menandatangani lima MoU (Memorandum of Understanding) salah satunya agreement on cooperation between Indonesia Chamber of Commerce and Industry dengan ICCIM.

"Kerjasama ekonomi mengalami peningkatan yang signifikan dari berbagai sektor seperti koperasi dan tekhnik," kata Gusman.

Indonesia dan Iran sedang intensif menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti terorisme, perubahan iklim, kerusakan lingkungan, krisis pangan, energi dan air.

"Iran telah berhasil meningkatkan pembangunan pertanian sehingga Indonesia bisa belajar meningkatkan produtivitas pangan dalam negeri," kata Gusman.

(Adm/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010