Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah RI dan Republik Islam Iran memperingati 60 tahun hubungan diplomatik antarkedua negara pada 27 April 2010 di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Selasa.

Kedua negara sepakat menggelar seminar internasional bertema Hubungan Sejarah dan Kebudayaan Indonesia-Iran yang dimotori oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bersama Kedutaan Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Museum Nasional Retno Sulistioningsih, mengatakan, sinergi untuk menyelenggarakan event itu menjadi peluang untuk meningkatkan hubungan kedua negara.

"Kami juga berharap kunjungan Anda ke Indonesia bukan merupakan kunjungan terakhir tetapi akan terus berlanjut," kata Menteri.

Ia menambahkan, penyelenggaraan event tersebut signifikan untuk mendorong kedua negara meningkatkan hubungan persahabatan yang telah terjalin sejak lama.

Seminar akan digelar selama dua hari 27-28 April 2010 di Museum Nasional Jakarta dengan menghadirkan pembicara dari berbagai negara yakni Iran, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Dalam kegiatan bertema Hubungan Sejarah dan Kebudayaan Indonesia akan dibahas berbagai topik di antaranya tentang budaya, kependudukan, kesusastraan, dan seni. Selain itu juga tentang agama, filosofi, sufisme, perdagangan, dan sejarah pelayaran.

Seminar juga akan membahas tentang sejarah diplomatik dan kerja sama politik dua negara Indonesia-Iran.

Hubungan kedua negara telah berlangsung ratusan tahun silam. Menurut sumber sejarah, kehadiran orang muslim asli Iran atau yang disebut Po-ssu di bandar-bandar sepanjang tepian Selat Malaka, pantai barat Sumatera, dan pantai timur Semenanjung Tanah Melayu sampai ke pesisir Laut Tiongkok Selatan diketahui sejak abad 7 Masehi atau abad ke-1 Hijriah.

Hubungan pelayaran dan perdagangan antara bangsa Arab, Persia, dan Sriwijaya di nusantara dibarengi dengan hubungan persahabatan di antara mereka.

Konsekuensi dari intensitas hubungan dagang antara Persia dengan Nusantara pada akhirnya berdampak pada kebudayaan, terutama di beberapa tempat di nusantara termasuk juga dalam bidang agama, bahasa, dan kesusasteraan.

Karya-karya sastra dalam bentuk prosa dari Persia berpengaruh pula pada kesusastraan Indonesia, misalnya kitab Menak yang ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa yang semula ceritanya berasal dari Persia. Kitab tersebut hampir serupa dengan Kitab Panji, hanya berbeda tokoh pemerannya.

Selain itu ada pula Kitab Hikayat Amir Hamzah dalam bahasa Melayu. Cerita Menak dalam Hikayat Amir Hamzah, biasanya ditampilkan dalam pertunjukkan wayang golek yang konon diciptakan Sunan Kudus, wayang kulit oleh Sunan Kalijaga, dan wayang gedog oleh Sunan Giri.

Bahkan cerita Menak juga terdapat pada Kitab Rengganis yang digemari masyarakat Sasak di Lombok dan Palembang. Selain itu Seni Tabot yang masih berhubungan erat dengan Persia ada di Bengkulu. Dan ada pula Tari Saman di Aceh.

Setelah Indonesia merdeka, hubungan diplomatik antarkedua negara berjalan baik. Bahkan setelah 60 tahun berjalan kini, kedua negara menjalin persahabatan saling menguntungkan.

Untuk itu, kerja sama diberbagai bidang terus dijalin terutama dalam bidang budaya dan kesejarahan melalui seminar, penelitian bersama, pertukaran mahasiswa, dan sebagainya.

Sementara itu, Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mahmoud Mozafari, mengatakan, peringatan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara menjadi salah satu kesempatan untuk meningkatkan hubungan diplomatik Indonesia-Iran.

"Kita telah menjalin hubungan persahabatan dalam berbagai bidang sejak lama dan kami harap kegiatan ini akan berguna bagi kedua negara," katanya.

Kekuatan Baru


Sementara itu, Advisor for International Foreign Affair to The Supreme Leader of The Islamic Republic of Iran, Ali Akbar Velayati, mengatakan, kedua negara telah sepakat untuk melanjutkan hubungan persahabatan dan meningkatkan kerja sama di berbagai bidang.

"Kemauan pemerintah kedua negara ini sangat penting, mengindikasikan bahwa persahabatan dua negara muslim ini akan berlanjut," katanya.

Ke depan, pihaknya berharap hubungan Iran dan Indonesia akan terus menguat sehingga semakin maju dan menjadi kekuatan baru di dunia.

Ketua DPD RI Irman Gusman, mengatakan, ke depan Indonesia dan Iran memiliki tantangan untuk menciptakan kawasan Timur Tengah yang damai, bebas konflik terutama dalam penyelesaian masalah Palestina, Afganistan, Lebanon, dan Irak.

"Penyelesaian masalah Timur Tengah harus dengan damai melalui dialog bukan dengan konflik, dilakukan dengan adil dan non-intervensi," katanya.

Ia menambahkan, Indonesia akan berusaha menjadi jembatan bagi dunia Islam dan Barat. Selain itu, visi kedua negara yang menekankan bangsa Islam di kawasan itu harus digalakkan lebih intensif.

"Semua ini dilakukan untuk menciptakan perdamaian dunia bagi hubungan antarbangsa yang adil dan damai," katanya.

(T.H016/B013/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010