Jakarta (ANTARA) - Pakar vaksinologi mengatakan beberapa jenis atau merek vaksin dalam proses pembuatannya memang bersinggungan dengan enzim yang bersumber dari babi, namun setelahnya calon vaksin mengalami pencucian dan penyaringan hingga milyaran kali.

"Pada produk akhirnya sudah tidak lagi mengandung babi. Bapak dan ibu tidak perlu khawatir semua vaksin yang pada proses pembuatannya bersinggungan dengan enzim babi itu tertulis jelas pada kemasannya," kata Dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe melalui youtube FMB9ID-IKP yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Lebih lanjut dia mengatakan, untuk membuat vaksin baru dibutuhkan proses dan tahapan yang begitu panjang untuk memastikan vaksin tersebut betul-betul aman dan efektif.

"Setelah kita menetapkan ingin membuat suatu jenis vaksin baru maka akan diuji coba dulu pada binatang percobaan
jika terbukti aman dan efektif maka akan diuji coba pada manusia," ujar dia.

Baca juga: Inggris izinkan penggunaan sementara vaksin flu guna penuhi permintaan

Baca juga: Dinkes: Imunisasi COVID-19 di Sumut mulai dilaksanakan pada November


Uji coba itu disebut tahapan uji klinis yang terdiri dari tiga tahap dan keseluruhannya melibatkan 1.000 relawan manusia dengan tujuan memastikan vaksin aman dan efektif.

Dalam pembuatan vaksin dibutuhkan waktu yang lama karena harus memenuhi tahapan-tahapan tersebut, namun pada situasi tertentu seperti saat ini dimana terjadi pandemi COVID-19 dan dibutuhkan vaksin segera untuk melindungi masyarakat.

Menurut dia, dalam kondisi seperti ini dapat dilakukan upaya-upaya agar pengembangan vaksin menjadi lebih cepat tanpa mengabaikan aspek keamanan dan aspek efektifitas.

Dia menjelaskan cara vaksin bekerja saat disuntikkan atau diteteskan ke tubuh, vaksin akan merangsang sel-sel imunitas, untuk membentuk antibodi.

Antibodi ini ibarat seperti pasukan yang kelak bila terpapar virus, bakteri atau jamur maka sudah memiliki kesiapan untuk melawan penyakit tersebut, ujar Dirga.

Saat ini ada beberapa kandidat vaksin yang tengah dikembangkan pemerintah seperti vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Serta kandidat vaksin hasil kolaborasi dengan pihak luar negeri antara lain, Bio Farma dengan Sinovac dari Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.*

Baca juga: Kasad-Wakapolri temui Dirut BPJS soal data penerima vaksin COVID-19

Baca juga: Anggota DPR dorong Kemenkes beri vaksin COVID-19 gratis

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020