Jakarta (ANTARA) - Sudah tiga bulan lebih Palang Merah Indonesia (PMI) memberikan pelayanan kepada ratusan pengungsi Rohingya yang ditampung di tempat penampungan Gedung Balai Latihan Kerja, Desa Menasah Mee Kandang, Kecamatan Muaradua, Kota Lhokseumawe, Aceh, khususnya edukasi mengenai penerapan protokol kesehatan.

Sekretaris Jendral PMI Pusat Sudirman Said di Jakarta, Selasa mengatakan pelayanan yang diberikan tersebut tidak hanya sebatas memberikan bantuan berupa kebutuhan dasar para pencari suaka yang berasal dari Myanmar tersebut, tetapi memberikan edukasi sekaligus mengkampanyekan sadar akan protokol kesehatan terkait COVID-19.

"Edukasi dan kampanye protokol kesehatan bagi para pengungsi Rohingya penting, mengingat saat ini Indonesia sedang dilanda pandemi COVID-19, sehingga pencegahan sejak dini perlu dilakukan," katanya.

Menurut Sudirman, tempat penampungan sementara yang dihuni 392 imigran itu fasilitasnya serba terbatas, sehingga mereka sangat rawan tertular virus yang bisa menyebabkan kematian.

Maka dari itu, relawan PMI yang dimobilisasi untuk memberikan pelayanan harus juga mengedukasi para imigran tersebut tentang penerapan protokol kesehatan, mulai dari tata cara menggunakan masker yang benar, seperti saat memasangkannya harus dipegang bagian talinya dan jangan memegang bagian kainnya, sama halnya saat melepas masker tersebut.

Selain itu, katanya, untuk penggunaan masker kain, pengungsi dianjurkan agar mencucinya secara rutin, minimal setelah empat jam dipakai. Kemudian, meskipun tempat penampungan itu dalam kondisi yang serba terbatas, tetapi mereka harus tetap menjaga jarak dan tidak sering berkumpul.

Terakhir, menurut Sudirman, pengungsi itu juga diajarkan untuk menjaga kebersihan tangannya dengan cara mencuci tangan dengan sabun yang benar, mulai dari membasuh telapak, sela-sela jari hingga punggung tangan dengan menggunakan air yang mengalir.

Untuk memenuhi kebutuhan sarana protokol kesehatan, katanya, PMI sudah menyalurkan masker, hygiene kits dan sertiap harinya mendistribusikan air bersih ke tempat penampungan.

Bahkan, lembaga kemanusiaan terbesar di Indonesia itu, kata dia, telah membangun sejumlah fasilitas MCK sesuai standar.

"Kondisi yang serba terbatas ini tentunya rawan terjadi penyebaran COVID-19 dan dikhawatirkan jika ada yang tertular maka bisa dengan cepat menyebar ke para pengungsi dan tidak menutup kemungkinan relawan yang bertugas ikut terinfeksi," katanya.

Sudirman mengatakan edukasi sekaligus kampanye protokol kesehatan itu tentu sangat penting dan meskipun kondisi tempatnya yang terbatas, minimal imigran bisa mengetahui edukasi apa yang disampaikan.

Di sisi lain, pihaknya menjamin pelayanan untuk para pengungsi, mulai dari kebutuhan dasar hingga kesehatan. Kemudian, agar tidak jenuh, para migran Rohingya tersebut juga harus diberdayakan dalam berbagai hal, sehingga memiliki aktivitas.

Pemberdayaan itu, contohnya keterampilan menjahit, perbengkelan, serta skill lainnya dan itu semua telah didukung oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020