Batusangkar (ANTARA) - Satu keluarga di Jorong Galanggang Tangah Nagari Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat memiliki kelainan bola mata berwarna biru atau biasa disebut sindrom waardenburg.

Baca juga: Di balik fenomena anak bermata biru Pekanbaru

Tuti Fariani (58), salah seorang anggota keluarga bermata biru di Nagari Sungayang, Senin, mengatakan bola mata berwarna biru tersebut ia dapatkan turun temurun dari sang ibu.

"Mata biru ini ibuk dapatkan dari orang tua ibuk dan hal yang sama juga terjadi kepada anak ibuk," katanya.


Ia mengatakan bola mata berwarna biru merupakan kelainan genetik langka yang bisa mempengaruhi warna kulit, rambut, mata, dan bentuk wajah.

Namun baginya dan keluarganya keluhan bermata biru hanya terjadi pada saat melihat cahaya matahari langsung dalam waktu yang lama. Namun sebaliknya mata hijau yang dimilikinya lebih jelas saat melihat di malam hari.

"Bagi kami keluhannya pada mata dan rambut, kalau melihat matahari spontan saja air mata keluar tapi tidak sakit. Sementara anak laki laki ibuk yang bermatanya coklat memiliki rambut putih sejak SMP," katanya.
Keluarga memiliki bola mata berwarna biru di Nagari Sungayang, Kabupaten Tanah Datar. (antarasumbar/Istimewa/Erick))

Ia mengatakan meski mata birunya adalah turunan, tetapi tidak semua anggota keluarganya memiliki bola mata sama, di antaranya ada yang bermata biru sebelah, ada yang tidak terlalu biru, ada yang biru keduanya, dan ada yang tidak biru sama sekali.

Misal anak pertamanya memiliki mata berwarna biru sebelah kanan sedangkan mata sebelahnya lagi berwarna coklat, anak kedua juga ada sedikit tapi tidak terlalu jelas birunya.

Baca juga: Siapkan ratusan juta rupiah untuk mengubah warna mata

Anak yang ketiga memiliki mata biru keduanya, anak keempat dan lima tidak memiliki mata biru, dan dia sendiri yang memiliki mata satu berwarna coklat dan satu lagi biru.

Ia mengaku meski memiliki warna mata berbeda dengan kebanyakan orang ia sangat senang dengan warna matanya itu dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.

"Dulu malu karena disebut orang mata kucing, tapi sekarang tidak lagi karena banyak orang yang ingin matanya berwarna dengan menggunakan softlens," ujarnya.***3***



 

Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020