Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR, Bambang Soesatyo, menawarkan empat aspek untuk menyikapi adanya pandemi Covid-19, yaitu berpikir positif, bersikap optimistis, berpandangan visioner, dan bergerak bersama.

Empat aspek itu dia sampaikan sebagai materi webinar bertemakan 'Kehidupan Kerja Pasca-Pandemi' yang diselenggarakan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, di Jakarta, Rabu.

"Berpikir positif pada hakikatnya membuka pikiran kita dalam melihat setiap persoalan, melihat segala peluang yang dapat dimanfaatkan, dan melakukan hal-hal terbaik di tengah berbagai kesulitan yang kita hadapi," ujar dia, secara daring dari ruang kerja ketua MPR.

Menurut dia, Covid-19 yang belum diketahui kapan akan berakhir nya ini, mungkin akan terus menghantui kehidupan masyarakat dan berdampak pada berbagai sektor kehidupan apabila masyarakat belum menyikapi keadaan dengan berpikiran positif.

Baca juga: Ketua MPR cermati kasus positif COVID-19 di lingkungan pesantren

Ia menjelaskan berpikiran positif itu seperti pemikiran bahwa pandemi itu telah membuka ruang untuk memperbaiki kebijakan dalam pengadaan peralatan medis, karena ternyata 90 persen peralatan medis yang dimiliki Indonesia masih tergantung dari impor.

Pandemi juga mengajarkan kepada masyarakat untuk membiasakan diri menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

"Pada sektor perekonomian, pandemi juga menjadi pendorong lahirnya kreativitas perekonomian rakyat dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada, khususnya dengan pemanfaatan teknologi informasi," kata dia.

Ketua DPR ke-20 itu menuturkan aspek kedua nya adalah bersikap optimistis dalam melewati masa pandemi.

Baca juga: Ketua MPR: Jangan terbuai prediksi RI akan jadi kekuatan ekonomi dunia

Sikap itu tidak hanya dibangun dengan menciptakan iklim kondusif di ruang-ruang publik. Namun, juga mesti dilakukan dengan mengedepankan kebijakan-kebijakan yang benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Dalam kaitan ini, saya mengapresiasi beberapa kebijakan pemerintah yang dapat menjadi faktor pendorong tumbuhnya sikap optimistis masyarakat," kata dia.

"Antara lain pemberian bantuan sembako, bantuan langsung tunai bagi masyarakat ekonomi lemah, bantuan dana desa, insentif tarif listrik, program kartu prakerja, subsidi gaji karyawan, bantuan langsung tunai bagi pelaku UMKM, bantuan pulsa aparatur sipil negara, bantuan paket data internet bagi pelajar, mahasiswa, guru dan dosen, serta berbagai kebijakan stimulus lainnya untuk menggerakkan geliat perekonomian masyarakat," kata dia.

Baca juga: Bamsoet dorong satgas pahami kondisi sosial masyarakat soal protokol

Aspek ketiga, lanjut kepala Badan Bela Negara FKPPI itu adalah berpandangan visioner yang meliputi dua aspek.

Pertama, kesadaran bahwa pandemi yang saat ini dihadapi, sangat mungkin terjadi kembali di masa depan. Karena itu dia menyarankan mulai sekarang kita perlu merumuskan strategi penanganan pandemi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. "Sehingga nanti tidak akan tergagap ketika di masa depan menghadapi pandemi kembali," kata dia.

Kedua, pada saatnya nanti pandemi berakhir, kita mesti sudah siap dengan langkah-langkah yang akan kita lakukan.

Ia mengatakan, energi yang sudah cukup terforsir selama penanganan pandemi, jangan sampai ketika pandemi berakhir sudah habis tenaga untuk melangkah maju ke depan. "Kita tidak tahu pasti kapan pandemi akan berakhir, namun jangan sampai kita tidak tahu apa yang mesti kita lakukan ketika pandemi berakhir," kata dia.

Baca juga: Ketua MPR: Instansi pemda jangan bikin kegiatan undang kerumunan

Selaras dengan cara pandang yang visioner, wakil ketua umum Pemuda Pancasila itu mengapresiasi upaya pemerintah untuk tetap berusaha meningkatkan kemajuan teknologi dan mendorong efisiensi pada beberapa aspek.

Salah satu contoh aplikasi teknologi yang mendorong efisiensi adalah pemakaian kendaraan listrik yang menjadi salah satu solusi dalam menekan ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan dan tidak memproduksi emisi.

"Langkah tersebut tidak saja menjadi sebuah kebijakan yang visioner, namun juga diyakini dapat membantu merealisasikan komitmen Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (karbon dioksida) sebesar 29 persen pada 2030. Nilai tambah lain yang diperoleh dari kebijakan ini adalah menjaga ketahanan energi, khususnya pada sektor transportasi darat," ujar dia.

Baca juga: Bamsoet: Buat regulasi tegas cegah mobilisasi massa pilkada

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia itu menambahkan, aspek keempat dalam penanganan pandemi Covid-19 adalah bergerak bersama.

Perlu dipahami bersama bahwa mengatasi dampak pandemi yang bersifat multidimensional harus dilakukan melalui usaha bersama.

Tidak mungkin mengandalkan satu unsur atau satu pihak saja yang secara heroik mampu menyelesaikan seluruh persoalan.

Baca juga: Bambang Soesatyo ingatkan pentingnya mahasiswa jaga Pancasila

Karena, segala bentuk kebijakan dan program penanganan pandemi pasti tidak efektif dan optimal jika tidak didukung oleh seluruh komponen masyarakat.

"Diperlukan kerja bersama seluruh stakeholders. Ada kehadiran negara dalam bentuk kebijakan protokol kesehatan dan program stimulus pemulihan ekonomi masyarakat. Ada peran paramedis yang bekerja melindungi kesehatan masyarakat. Ada peran masyarakat yang patuh dan disiplin menerapkan protokol kesehatan," kata dia.

"Dan terpenting adanya semangat kebersamaan dan jiwa gotong-royong. Saya yakin, dengan menyatukan langkah dan bergerak bersama, kita akan mampu melewati masa-masa sulit ini," katanya.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020