Jakarta (ANTARA) - Psikolog Tika Bisono mengatakan anak yang suka merundung dikarenakan kesalahan pola asuh yang dilakukan orang tua pada anak.

"Anak yang suka merundung dikarenakan orang tua menerapkan pola asuh otoriter. Orang tua cenderung menetapkan atau standar yang mutlak dan harus diikuti," ujar Tika dalam acara Kemah Karakter Virtual yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara daring di Jakarta, Selasa.

Pada pola asuh seperti itu orang tua cenderung memaksa, memerintah, menghukum dan tidak mengenal kompromi, dan pola komunikasi satu arah.

Pola asuh seperti itu, kata dia, membentuk karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, kurang inisiatif, pembangkang dan pelanggar aturan.

"Jadi dia balas sakit hatinya (pola asuh) dengan merundung anak lain," jelas Tika.

Baca juga: Kemendikbud selenggarakan kemah virtual pertama di dunia

Baca juga: Pegiat: Jangan rundung anak penyandang disabilitas psikososial


Sementara pola asuh permisif atau memanjakan juga tidak baik untuk anak, karena orang tua cenderung selalu mengijinkan anak melakukan berbagai hal dengan pengawasan, bimbingan yang sangat longgar dan minim. Pada pola asuh permisif, orang tua cenderung terlalu hangat pada anak, dan menjadi orang tua favorit bagi anak. Padahal hal itu justru menjerumuskan anak.

"Pola asuh seperti itu membentuk karakteristik anak yang manja, tidak mandiri, mau menang sendiri, impulsif, dan tidak disiplin," kata dia.

Sementara pola asuh penelantar, yang mana orang tua biasanya sibuk bekerja dan mengalokasikan waktu dan biaya yang sangat minim untuk anak. Pola asuh itu membentuk anak impulsif, agresif, memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan tidak mau mengalah.

Pola asuh yang baik adalah pola asuh demokratis, yang memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak, memprioritaskan kepentingan anak tetapi tetap dengan sensor batasan, pengawasan dan pengendali yang baik bagi orang tua.

"Tindakan dan pendekatannya bersifat hangat tapi tidak berlebihan. Pola asuh seperti ini, akan membentuk karakteristik anak yang mandiri, memiliki kontrol diri, interpersonal yang baik, kooperatif, dan mampu menghadapi stres," kata Tika.

Dia mengingatkan setiap orang tua untuk menyadari bahwa setiap anak unik dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan memahami anak itu unik, maka orang tua menumbuhkan konsep diri dan citra diri anak secara positif.

Kemendikbud melalui Pusat Penguatan Karakter menyelenggarakan kemah virtual pertama di dunia yakni Kemah Karakter Virtual Anak Indonesia yang diselenggarakan secara virtual pada 6 hingga 9 Juli.

"Mungkin ini kemah virtual pertama di dunia. Terobosan dan kita melalui kemah ini ingin menjalin hubungan erat antara siswa dan anggota keluarga," ujar Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikbud, Hendarman.

Kemah virtual tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional dan Hari Anak Nasional. Puncak kegiatan tersebut pada 24 Juli, yang mana Kemendikbud akan mengumumkan pemenang dari kegiatan tersebut.

Hendarman menjelaskan Kemah Karakter Virtual Anak Indonesia tersebut merupakan kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK.

Tujuan dari kegiatan tersebut yakni menumbuhkan kecintaan akan Pancasila pada generasi muda, memberikan pemahaman tentang pentingnya Pancasila dalam kebhinekaan global, mengajak generasi muda untuk mengamalkan Pancasila pada kehidupan sehari-hari, dan menjalin hubungan yang semakin erat antara para siswa dengan orang tua dan anggota keluarga dalam praktik baik sehari-hari.*

Baca juga: KPAI sayangkan peredaran video murid rundung guru

Baca juga: Menpora ingatkan masyarakat tidak rundung atlet kalah

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020