Chicago (ANTARA) - Harga emas berjangka naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) setelah selama tiga hari berturut-turut jatuh, terangkat oleh meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China, namun memangkas keuntungan di sesi awal menyusul kenaikan di Wall Street.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange naik 1,5 dolar AS atau 0,09 persen, menjadi ditutup pada 1.728,30 dolar AS per ounce.

Emas berjangka melemah 1,4 dolar AS atau 0,08 persen menjadi 1.726,8 dolar AS pada Rabu (27/5/2020), setelah jatuh 29,9 dolar AS atau 1,72 persen menjadi 1.705,60 dolar AS pada Selasa (26/5/2020), dan turun 8,20 dolar AS atau 0,47 persen menjadi 1.726,40 dolar AS pada Senin (25/5/2020).

"Ekuitas AS telah mendapat dukungan sepanjang hari," kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago. Ia menambahkan banyak investor melikuidasi posisi emas mereka karena takut kehilangan perdagangan ekuitas.

Indeks utama Wall Street naik, didorong oleh kenaikan saham kesehatan dan teknologi.

Namun, harga emas didukung oleh tanda-tanda baru pukulan ekonomi dari virus corona, serta meningkatnya ketegangan AS-China dengan pemerintahan Trump mencari opsi untuk menghukum China atas pengetatan cengkeramannya terhadap Hong Kong.

"Kami melihat ketegangan meningkat antara AS dan China ... Kami melihat buih pasar masih dengan sekumpulan data ekonomi negatif dan itu jelas mendukung pasar emas," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Emas juga mendapat dukungan karena laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (28/5/2020), menempatkan klaim pengangguran awal pada 2,12 juta pekan lalu, angka yang sesuai dengan harapan, tetapi masih dekat level rekor tertinggi.

Sebuah laporan yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS pada hari yang sama menunjukkan produk domestik bruto mengalami penurunan sebesar lima persen pada kuartal pertama 2020, lebih buruk dari yang diperkirakan.

Kekhawatiran tentang kemungkinan suku bunga negatif, sebuah ide yang dilayangkan oleh Presiden AS Donald Trump dalam cuitannya dalam beberapa pekan terakhir juga masih bertahan. Suku bunga negatif berarti inflasi, prospek yang mendukung emas.

"Kami telah menguji 1.700 dolar AS dan bangkit kembali, jadi kami menantikan pasar terus memperkirakan lebih banyak stimulus dari Federal Reserve dan bank-bank sentral lainnya," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.

Langkah-langkah stimulus besar cenderung mendukung emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 21 sen atau 1,18 persen, menjadi ditutup pada 17,967 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 10 dolar AS atau 1,14 persen, menjadi menetap ada 868,1 dolar AS per ounce.

Baca juga: Harga emas jatuh lebih dari 1 persen ketika "lockdown" dilonggarkan
Baca juga: Usai Lebaran, harga emas Antam dipatok Rp917.000/gram
Baca juga: Emas berjangka turun karena aksi ambil untung dalam perdagangan tipis

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020