Kami sangat khawatir. Jumlah korban saat ini tertinggi dalam 10 tahun terakhir
Mexico City (ANTARA) - Perempuan di Argentina yang tewas akibat pembunuhan selama pandemi COVID-19 mencapai jumlah tertinggi dalam 10 tahun terakhir, demikian catatan pegiat hak asasi manusia, Senin (18/5).

Setidaknya 50 kasus "femisida", pembunuhan terhadap perempuan, terjadi di Argentina dalam waktu kurang dari dua bulan.

Merujuk hasil riset La Casa del Encuentro, grup feminis di Buenos Aires, tiga perempuan terbunuh dalam empat hari terakhir. Kelompok itu mengatakan tidak hanya jumlah korban yang meningkat, tetapi aksi kekerasan yang dialami perempuan kian parah.

"Kami sangat khawatir. Jumlah korban saat ini tertinggi dalam 10 tahun terakhir," kata pimpinan La Casa del Encuentro, Ada Rico, yang juga menjabat sebagai direktur Femicide Observatory, unit pemantauan kasus femisida di bawah naungan organisasi feminis tersebut.

"Banyak (perempuan) dipukul sampai mati atau dicekik," kata dia.

Setidaknya 12 perempuan tewas akibat femisida tiap harinya di Amerika Latin. Femisida merupakan kejahatan, umumnya pembunuhan, yang dilakukan karena gender korban.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, 14 negara di Amerika Latin masuk daftar 25 negara dengan tingkat femisida tertinggi dunia.

Sebagian besar pelaku kejahatan bebas dari tuntutan hukum.

Data femisida di Argentina sejalan dengan tren meningkatnya kekerasan berbasis gender selama karantina berlangsung akibat pandemi COVID-19. Banyak perempuan terjebak dalam rumah bersama pelaku kekerasan dan korban tidak dapat mencari pertolongan mengingat adanya ancaman penularan penyakit, kata beberapa pengamat.

"Banyak perempuan berada dalam isolasi bersama pelaku kekerasan," kata Rico. "Seringkali, saat seorang perempuan terkunci dalam rumah, ia tidak dapat menghubungi orang lain," ujar dia.

Bersamaan dengan terbunuhnya tiga perempuan di Argentina, setidaknya 49 wanita tewas pada rentang waktu dari 20 Maret sampai 14 Mei, kata kelompok feminis itu. Jumlah itu menunjukkan adanya kenaikan dari 40 korban pada periode sama tahun lalu dan hampir naik sepertiganya dari angka korban pada 2018.

Sementara itu, kontak ke nomor darurat 317 untuk pengaduan kekerasan dalam rumah tangga naik sampai dua pertiga pada April apabila dibandingkan dengan jumlah tahun lalu. Peningkatan itu terjadi saat pemerintah meminta warga tetap berada dalam rumah pada pertengahan Maret tahun ini.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta pemerintah bertindak mengatasi "tingginya angka kekerasan" yang terjadi dalam rumah. Ia menambahkan rumah dapat jadi tempat yang berbahaya bagi banyak perempuan.

Pemerintah Argentina sejauh ini mencatat lebih dari 7..800 orang tertular COVID-19 dan 360 di antaranya meninggal dunia.

Rico mengatakan jumlah kasus femisida yang dihimpun kelompoknya dihitung dari laporan media setempat.

Baca juga: Tingkat pembunuhan perempuan di Meksiko meningkat di tengah pandemi

Baca juga: KPPPA sebut kekerasan pada anak meningkat selama pandemi


Sumber: Reuters

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020