Padahal, khatam Al Quran itu sangat mudah, yakni sehari cukup membaca dua lembar/halaman, maka setahun sudah bisa khatam satu kali
Denpasar (ANTARA) - Bulan Suci Ramadhan yang dikenal umum sebagai saat umat Islam menjalani kemuliaan berpuasa selama sebulan penuh, dikenal juga sebagai "Bulan Ibadah", "Bulan Solidaritas", dan "Bulan Al Quran".

Sebagai "Bulan Ibadah", ditandai serangkaian ibadah (puasa, shalat tarawih, tadarus Al Quran, iktikaf, sedekah, dan zakat) yang pahalanya berlipatganda, sedangkan sebagai "Bulan Solidaritas" ditandai dengan puasa dan sedekah atau zakat yang mendorong manusia empati pada kaum miskin serta yatim piatu.

Sebagai "Bulan Al Quran", ada dua peristiwa penting terkait Al Quran dalam Bulan Ramadhan yakni Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar.

Para ulama menyebut kedua peristiwa itu sebagai turunnya Al Quran. Bedanya, Nuzulul Quran yang diperingati setiap 17 Ramadhan itu merupakan turunnya wahyu pertama berupa Surah Al Alaq ayat 1-5 dari Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, sedangkan Lailatul Qadar yang berlangsung pada salah satu malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadhan dan malam yang lebih baik daripada seribu bulan itu, merupakan turunnya Al Quran dari Lauhul Mahfudz ke dunia.

Keistimewaan Al Quran itu seperti digambarkan sebagian ulama dengan ungkapan bahwa "Jibril turun membawa Al Quran, maka ia pun menjadi malaikat yang paling agung. Al Quran turun kepada Nabi Muhammad maka jadilah Beliau pemimpin seluruh makhluk. Al Quran datang kepada umat Nabi Muhammad maka jadilah mereka sebaik-baiknya umat. Al Quran turun di Bulan Ramadhan, maka jadilah Ramadhan sebagai bulan yang paling utama. Al Quran turun pada malam Lailatul Qadar, maka jadilah malam itu malam yang paling mulia. Maka bagaimanakah jika Al Quran turun di hati kita (melazimkan membaca Al Quran) ?".

Tentu, Ramadhan sebagai "Bulan Al Quran" selayaknya menjadi hari-hari yang diisi dengan tilawah Al Quran, namun waktu yang terbatas hanya 29-30 hari itu pun seringkali bernasib tragis, karena waktu untuk membaca Al Quran justru dikalahkan dengan waktu untuk membaca media sosial (medsos), khususnya WhatsApp (WA) atau justru berleha-leha dengan televisi daripada iqra Al Quran.

Padahal, keistimewaan juga disebutkan dalam beberapa sabda Rasulullah SAW, di antaranya "Afdholu ibadati ummati qiroatul Quran" (Ibadah umatku yang paling utama adalah membaca Al Quran - HR Dailami). Sabda Rasulullah SAW yang lain, "Barang siapa membaca Al Quran, maka ia benar-benar melangkah naik menuju derajat kenabian di kedua sisinya, hanya saja tidak diberikan wahyu kepadanya".

Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, 'Siapakah mereka ya Rasulullah?'. Rasul menjawab, 'Para ahli Al Quran. Merekalah keluarga Allah dan hamba khusus-Nya". (HR. Ahmad).

Dalam kitab "Hasiyyah Al-Baijuri 'Ala Jauharah At-Tauhid" dikisahkan Imam Ahmad ibn Hanbal melihat Allah SWT dalam mimpinya sebanyak 99 kali, maka ketika menjelang malam yang ke-100, beliau berniat, seandainya aku bermimpi lagi, maka aku akan mengajukan sebuah pertanyaan kepada-Nya. Akhirnya, beliau pun benar-benar bermimpi melihat-Nya lagi. Dalam mimpi tersebut, Imam Ahmad bertanya kepada Allah SWT, 'Wahai Tuhanku! Amalan apa yang paling cepat mengantarkan para 'muqorrobin' memperoleh kedekatan dengan-Mu ? Allah SWT menjawab, 'Tilawatu kalami (membaca kalam-Ku/Al Quran)'. Kemudian Imam Ahamad pun bertanya lagi, 'Bifahmin au bighoiri fahmin' (dengan memahami maknanya atau tanpa memahami maknanya)? Maka Allah SWT menjawab, 'Bifahmin au bighoiri fahmin' (dengan memahami maknanya ataupun tidak)".

Istimewa, bukan! Kedekatan pembaca Al Quran dengan Allah itulah yang menjadikan pembaca Al Quran sebagai salah satu sosok yang dirindukan surga. Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Surga rindu kepada empat orang yaitu pembaca Al Quran, orang yang menjaga lisan, pemberi makan orang yang lapar, dan orang yang puasa di Bulan Ramadhan". (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzy).

Baca juga: Menag: Peringatan Nuzulul Quran momentum perkuat kepedulian

Bahkan, Al Quran akan menjadi penolong bagi pembacanya. Rasulullah SAW juga bersabda, "Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya Al Quran itu akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya". (HR Dailami).

Dalam sabda yang lain, Rasulullah SAW berkata, "Puasa dan Al Quran, keduanya akan memberi syafaat kelak di Hari Kiamat". (HR. Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Shahih).

Tidak hanya itu, Al Quran juga dalam berbagai sabda Rasulullah SAW disebut akan memberi syafaat sejak di dalam kubur. Dalam berbagai hadits, syafaat Al Quran di dalam kubur itu setidaknya ada dalam tiga situasi, yakni penerang selama di alam barzah (alam kubur yang gelap), pendamping saat takut menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, serta teman setia selama jutaan tahun di alam barzah saat menunggu Hari Kiamat.

Lalu, apa masalahnya? Tidak ada waktu? Renungkan saja! Kalau semua medsos diakses, semua arsip digital diunduh, mulai dari surat elektronik, blog, Facebook, Twitter, WA, Line, Instagram, Youtube, dan lainnya, maka waktu yang diperlukan untuk khatam adalah 124 tahun (data Tahun 2013). Bukankah umur manusia hanya 60-70 tahunan, apakah semua harus diakses, pasti tidak cukup waktunya, umur pun terbuang melayang. Tentu, tidak perlu semuanya.

Karena itulah, daripada waktu dihabiskan untuk hal-hal yang belum tentu bermanfaat, kecuali hanya membuang waktu percuma, maka membaca Al Quran adalah pilihan yang bijak. Memang, manusia sekarang tidak bisa dibandingkan dengan para ulama terdahulu yang sehari saja bisa khatam 30 juz Al Quran hingga 1-3 kali, atau bahkan lebih.

Padahal, khatam Al Quran itu sangat mudah, yakni sehari cukup membaca dua lembar/halaman, maka setahun sudah bisa khatam satu kali.

Secara sederhana, Al Quran itu ada 600-an halaman, sedangkan setahun itu ada 365 hari (sebut saja, 300 hari). Artinya, sehari cukup dua lembar (2x300=600 lembar atau 600/300), maka setahun khatam. Jadi, cukup dua lembar, maka 30 juz Al Quran sudah bisa dikhatamkan dalam setahun. Mudah, bukan!

Apalagi, sekarang memasuki Bulan Suci Ramadhan dan menghadapi pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan dalam 1-2 tempat saja, sehingga memungkinkan umat bisa membaca Al Quran menjadi setahun khatam dua kali, dan seterusnya. Semoga!

Baca juga: Para Pencari Lailatul Qadar di Penghujung Ramadhan
Baca juga: Said Aqil Siroj imbau masyarakat Shalat Tarawih di rumah

 

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020