Palu (ANTARA) - Meski berbeda dari sisi jenis kelamin dengan lelaki, namun kaum Hawa memiliki peran yang tak kalah penting dalam upaya memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19 di Sulawesi Tengah.

Kartini mengajarkan bahwa keterbatasan bukan menjadi penghalang. Inilah yang disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dalam memotivasi perempuan Indonesia di momentum Hari Kartini 2020 dan pandemi COVID-19.

"Ayo kita lanjutkan perjuangan dan cita-cita Kartini," ucap Menteri PPPA Bintang Puspayoga.

Menteri Bintang mengajak perempuan Indonesia untuk pantang menyerah menghadapi kondisi saat ini.

Ia juga mengajak kaum Hawa untuk selalu berfikir positif bahwa COVID-19 di negara ini akan berakhir.

Peran yang dimainkan perempuan, bisa diawali dari rumah tangga, mulai dengan menyediakan sarana pencuci tangan di depan rumah, sebelum para keluarga dan tamu memasuki rumah.

"Perempuan memiliki peran yang sangat strategis dan penting dalam memutuskan mata rantai penyebaran virus COVID-19," ucap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP3A) Sulteng, Ihsan Basir.

Peran perempuan, tidak hanya sebatas pada mencuci piring, mencuci pakaian, memasak dan menyediakan makanan, tetapi ada peran lebih dari itu.

Menggunting dan menjahit kain menjadi masker, merupakan satu dari sekian banyak peran perempuan dalam memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19.

Apa yang dilakukan oleh perempuan, tidak lain hanya untuk membantu pemerintah dan semua pihak untuk bersama-sama mengubah situasi dan kondisi ini di Sulteng.

Dimana, berdasarkan data Pemprov Sulteng melalui Pusdatina per tanggal 20 April 2020 terdapat 27 warga berstatus positif COVID-19. Kemudian, 172 orang dalam pemantauan dan 39 warga berstatus pasien dalam pengawasan.

Data Pusdatina Sulteng juga menyebutkan bahwa tiga warga Sulteng meninggal dunia dan dua sembuh dari Corona.

Baca juga: Sisi, penebar semangat Kartini yang lestarikan lingkungan Pekurehua

Baca juga: Perempuan penyintas bencana Sigi dilatih ACT buat makanan dari cokelat



Perempuan pemberi solusi

Perempuan, bisa tampil sebagai pembawa solusi di tengah adanya penyebaran COVID-19.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak mengingatkan kepada seluruh perempuan Sulteng agar tidak putus asa di masa pandemi COVID- 19 .

“Jangan pernah patah semangat. Ingat, mendiang Raden Ajeng Kartini pernah berkata 'Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang padamu',” ucap Kepala DP3A Sulteng Ihsan Basir.

Karena itu, DP3A Sulteng menyemangati perempuan agar terus berjuang menggapai cita-cita setinggi-tingginya.

“Buat mimpimu tetap besar, dan bekerja keraslah untuk meraihnya.,” ujarnya.

Ihsan Basir menyebut perayaan Hari Kartini tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.

“Momen Hari Kartini pada tahun ini akan lebih difokuskan memperkuat peran perempuan menjadi bagian dari solusi melawan pandemi COVID-19,” katanya.

Berkaitan dengan itu, Direktur Pelaksana Yayasan Sikola Mombine Sulteng, Risnawati mengemukakan di tengah adanya penyebaran COVID-19, perempuan turun ke lapangan menjadi tim relawan, melakukan asesmen keluarga, berpartisipasi dalam menjaga perbatasan, mendistribusi makanan dan minuman bergizi bagi petugas medis dan relawan.

"Bahkan, ada yang berinisiatif melakukan langkah preventif mendidik komunitas, menggunakan uang tabungan kelompok untuk membeli keran dan mengajak masyarakat untuk membuat tempat cuci tangan di depan rumah. Hal ini dilakukan oleh perempuan komunitas di Dampal yang tergabung dalam "mombine" lawan COVID," kata Risnawati.

Baca juga: ARKOM latih perempuan penyintas bencana Donggala berwirausaha

Baca juga: 10 TKA asal China dipulangkan saat hendak masuk Morowali Utara


 Responsif Gender

Kaum perempuan, anak, balita dan batita, lansia, dianggap sebagai kelompok rentan terpapar di tengah adanya ancaman penyebaran virus COVID-19.

Atas kerentanan itu, Ketua Komisi Kesra dan Pemerintahan DPRD Palu, Sulawesi Tengah, Mutmainah mengemukakan kelompok rentan adalah perempuan, lansia dan anak yang perlu diberi perhatian khusus agar terlindungi dari ancaman penyebaran COVID-19.

"Dalam situasi tanggap darurat bencana non-alam ini, juga harus melihat bagaimana kelompok rentan menjadi perhatian khusus berdasarkan pada pengarusutamaan gender dalam pembangunan yang mengacu pada UU Perlindungan Anak," ucap Mutmainah.

Apalagi, Kota Palu yang baru setahun lebih tertimpa bencana gempa, tsunami dan likuefaksi. Kondisi kelompok rentan yang berada di shelter pengungsian semakin memprihatinkan.

Hal itu karena kelompok rentan yang juga penyintas bencana gempa, tsunami dan likuefaksi mereka tidak bisa menjaga jarak fisik dengan baik karena huntara tidak mempunyai sekat/bilik bagi keluarga.

Sementara, menjaga jarak fisik menjadi satu kesatuan utuh untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu juga menyuarakan hal ini dan menyarankan penanggulangan dan pencegahan penyebaran COVID-19 perlu dilakukan dengan memperhatikan kelompok rentan berbasis gender, di antaranya perempuan, lansia dan anak. 

"Perempuan dan anak menjadi kelompok yang termasuk rentan. Perlu respons berbasis gender dalam penanggulangan bencana non-alam ini," kata Ketua MUI Kota Palu, Prof Dr KH Zainal Abidin MAg.

Anak, balita usia tiga tahun dan balita usia lima tahun, merupakan generasi emas, generasi penerus bangsa yang harus dilindungi dari adanya ancaman pandemi COVID-19.

Dalam situasi normal (non-bencana) atau situasi bencana (bencana alam, bencana sosial dan non-alam) anak berhak mendapat perlakuan dan pengasuhan yang layak dan baik.

Hal itu berkaitan langsung dengan tumbuh kembang anak, yang didukung dengan kesehatan fisik atau jasmani dan rohani.

Penanggulangan perlu memperhatikan tumbuh kembang anak, lansia dan perempuan, terlebih kepada mereka yang berada di pengungsian.*

Baca juga: Delapan positif baru COVID-19 di Sulteng sehingga jadi 14

Baca juga: Warga Sulteng positif COVID-19 bertambah satu orang dan dua sembuh

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020