Makassar (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan dr Ichsan Mustari mengatakan tidak ada pasien di Sulsel yang murni meninggal karena COVID-19, tetapi karena disertai penyakit penyerta.

Hal itu dikemukakan Ichsan pada telekonferensi Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Makassar, Ahad.

Dia mengatakan dari lima orang pasien yang positif ataupun berstatus Pasien dalam Pengawasan (PDP) yang meninggal itu tidak ada yang murni karena COVID-19, melainkan dipicu oleh penyakit penyerta yang selama ini sudah diderita, sehingga memperparah kondisinya.

Penyakit penyerta itu seperti hipertensi, diabetes militus dan jantung yang sebelumnya sudah diderita oleh pasien. Hal itu berdasarkan cacatan riwayat penyakit pasien.

Sementara mengenai adanya tim medis yang meninggal karena terjangkit COVID-19, lanjut dia, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia untuk lebih meningkatkan pelaksanaan protokol kesehatan di rumah sakit maupun klinik.

Baca juga: Pasien COVID-19 di Sulsel berbagi cerita kesembuhannya

Baca juga: Anak usia enam tahun sumbangkan tabungan untuk APD tenaga medis

Baca juga: Jaga jarak fisik dapat jadi penentu utama cegah penyebaran COVID-19


Menurut dia, apresiasi tertinggi diberikan pada tim medis yang gugur dalam melaksanakan tugas dan selama ini sudah menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19.

Sementara untuk mendeteksi pasien secara cepat terjangkit epidemi COVID-19 atau tidak, Ichsan mengatakan sudah ada dua laboratorium yang memeriksa sampel swab pasien yakni di laboratorium RS PTN Unhas dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Sulsel dengan total uji bisa sampai 200 sampel per hari.

"Dan untuk mengetahui hasilnya itu tidak lama, paling sekitar enam jam, sehingga dapat segera diambil tindakan setelah ada hasil lab," katanya.*

Baca juga: Dua pasien positif COVID-19 di Parepare dinyatakan sembuh

Baca juga: Gubernur: Semua yang masuk ke Sulsel diisolasi 14 hari

Baca juga: Mahasiswa jadi relawan COVID-19 FKG Unhas dianggap kuliah

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020