Kasus kematian terbanyak tercatat di NTT yang memiliki 32 kematian dengan 14 korban jiwa berasal dari Kabupaten Sikka yang sebagian besar merupakan anak-anak
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mencatat  sebanyak 104 orang meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) dari 17.820 kasus yang terjadi dalam rentang awal Januari hingga Rabu (11/3) 2020.

"Kasus paling tinggi sebenarnya ada di Lampung dan yang kedua adalah Nusa Tenggara Timur, terkonsentrasi pada satu kabupaten yang sangat tinggi dibandingkan kabupaten lain," kata Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers di gedung Kemenkes, Rabu.

Menurut catatan Kemenkes, Lampung menempati posisi provinsi paling tinggi kasus DBD dengan 3.423 kasus yang terjadi di enam kabupaten. Sementara itu, Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di posisi kedua dengan 2.711 kasus.

Meski demikian, katanya, kasus kematian terbanyak tercatat di NTT yang memiliki 32 kematian dengan 14 korban jiwa berasal dari Kabupaten Sikka yang sebagian besar merupakan anak-anak.

Kemudian, Jawa Timur berada di posisi ketiga kasus terbanyak DBD dengan 1.761 kasus, selanjutnya Jawa Barat dengan 1.420 kasus dan yang di posisi kelima terdapat Jambi dengan 703 kasus DBD.

"Di NTT, di Sikka khususnya karena akses air sulit karena memang kontur geografisnya sehingga saat kami melalukan asistensi di sana melihat begitu banyak tempat-tempat perlindungan nyamuk," kata Siti Nadia Tarmizi.

Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto sendiri telah melakukan kunjungan ke Provinsi NTT yang memiliki banyak jumlah kasus DBD.

Kabupaten Sikka di NTT sudah mendeklarasikan DBD sebagai kejadian luar biasa (KLB) sejak Januari 2020 dan diperpanjang hingga saat ini.

Baca juga: Pemkab Sikka katakan KLB demam berdarah tahun ini terparah

Baca juga: Lampung waspadai siklus lima tahunan DBD

Baca juga: Bupati : Drainase yang buruk penyebab dbd di Sikka

Baca juga: Kemenkes catat 100 kematian akibat DBD sampai awal Maret 2020

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020