Memang banyak informasi yang tersedia, terutama melalui berbagai situs, blog-blog pribadi, dan sumber-sumber lainnya
Jakarta (ANTARA) - Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X Provinsi Jawa Barat, Islam Widya Hikmat, mengatakan Program Ausbildung yang menawarkan magan dibarengi pendidikan vokasi di Jerman menjadi peluang bagi milenial untuk bersaing di pasar global.

Dalam acara bertajuk Sosialisasi Program Beasiswa dan Magang di Jerman yang bertempat di Hotel Grand Tryas Cirebon, di hadapan sekitar 100 kepala SMK negeri dan swasta se-Kota dan Kabupaten Cirebon, Hikmat mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2018 menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk lulusan SMTA lebih banyak didominasi lulusan SMK dibandingkan dengan SMA umum.

Oleh karena itu, dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Senin, ia mengatakan program tersebut dapat menjadi pilihan alumnus SMK dan SMA agar dapat mengenyam jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

“Maka informasi program seperti ini selayaknya diketahui banyak pihak terutama sekolah-sekolah,” katanya.

Ia mengatakan program pemerintahan sekarang ini menitikberatkan pada upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) agar Indonesia mampu bersaing secara global. Mutu SDM akan menjadi penentu kemajuan Indonesia pada masa mendatang.

Pada saat yang sama, dalam dekade ini, Indonesia menghadapi bonus demografi yang ditandai meningkatnya usia produktif, sedangkan SDM yang siap untuk masuk dunia kerja adalah lulusan SMK karena institusinya memang menyiapkan mereka mengisi posisi kerja dalam industri yang sesuai dengan jurusan atau bidang ilmu yang digeluti.

Hanya saja, menurut dia, situasi dunia industri Indonesia belum mampu sepenuhnya menyerap lulusan SMK.

Baca juga: Belanda gandeng ITS sebagai mitra institusi pendidikan maritim

Pemerintah pun berupaya dengan mengenalkan program vokasi, perbanyakan balai latihan kerja, dan langkah-langkah lainnya, namun terbatasnya anggaran negara dan banyak sektor yang juga menuntut perhatian dan penanganan, berakibat stimulasi penciptaan lapangan kerja baru tidak mudah diwujudkan dan belum dapat dirasakan dalam waktu dekat ini.

Untuk itu, ia mengatakan salah satu peluang yang tersedia bagi para calon alumnus SMK adalah Program Ausbildung di Jerman. Program itu menawarkan magang yang dibarengi pendidikan dan pelatihan kepada mereka yang tidak memiliki kemampuan finansial untuk langsung kuliah di negara tersebut.

Ausbildung terbuka bagi masyarakat dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tentu hal tersebut positif dan harus didukung.

Direktur Deutsch Academia Tugas Suprianto dalam pemaparannya mengatakan saat ini Program Ausbildung di Jerman menjadi program yang diminati milenial Indonesia. Hal itu karena program dapat diakses semua kalangan.

“Jika sebelumnya menempuh pendidikan di Jerman terbayang sulitnya maka adanya program ini memungkinkan siapa pun untuk memperoleh pendidikan lanjutan di Jerman,” ujar dia.

Hanya saja, menurut Suprianto, pada praktiknya informasi soal Program Ausbildung seringkali tidak utuh.

“Memang banyak informasi yang tersedia, terutama melalui berbagai situs, blog-blog pribadi, dan sumber-sumber lainnya," katanya.

Baca juga: Indonesia-Singapura bangun kerja sama pendidikan vokasi di pesantren

Hanya saja, katanya, gambaran dari persiapan, pendaftaran, hambatan, dan berbagai hal yang menyangkut Ausbildung tidak didapatkan masyarakat secara komprehensif, bahkan banyak yang cenderung menyesatkan.

“Oleh karenanya, jangan sampai Ausbildung memiliki citra yang tidak baik karena banyak terjadi kegagalan dalam proses maupun pada saat sudah menjalani Ausbildung karena disinformasi yang diperoleh calon peserta sehingga persiapan dan proses yang dilakukan tidak sesuai dengan standar atau dipaksakan,” katanya.

Ia mengatakan banyaknya minat milenial ke Jerman dimanfaatkan segelintir kalangan yang melihatnya sebagai peluang bisnis menjanjikan secara ekonomi dalam memberi jasa persiapan ke Jerman.

Untuk menarik minat, menurut dia, mereka menyajikan kemudahan dan cara yang instan untuk mengikuti program di Jerman.

Faktanya, katanya, tidak semudah itu, misalnya saja keharusan untuk memiliki kemampuan berbahasa minimal dengan level B-1 (setara TOEFL 500) yang dikeluarkan dengan bukti sertifikat dari Goethe Institut.

Baca juga: Kemendikbud fokus tangani pendidikan vokasi

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020