Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) meluncurkan dan meningkatkan kualitas sistem informasi pemantauan kebakaran hutan/lahan atau LAPAN Fire Hotspot terbaru berbasis website dan aplikasi mobile yang dilengkapi dengan informasi posisi dan lokasi titik panas (hotspot).

"Citra satelit saat ini sudah menjadi kebutuhan yang harus ada untuk perencanaan detail tata ruang, untuk perencanaan pembangunan nasional, deteksi awal dari kebencanaan dan kerusakan lingkungan termasuk untuk tanggap darurat kebencanaan ketika terjadi bencana," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin dalam Rapat Koordinasi Nasional Citra Satelit Penginderaan Jauh 2020, Jakarta, Selasa.

Sistem dengan kualitas yang ditingkatkan itu diluncurkan dalam Rapat Koordinasi Nasional Citra Satelit Penginderaan Jauh 2020, yang bertemakan Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh Cerdas dan Inovatif untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.
Baca juga: BMKG: Jumlah titik panas tahun ini melampaui angka tahun sebelumnya
Baca juga: Pemanfaatan penginderaan jarak jauh di Banten diapresiasi LAPAN


"Kami meningkatkan resolusi dari citra yang digunakan atau data satelit yang digunakan dengan SNPP dan MODIS yang semula resolusinya hanya 750 meter menjadi 350 meter artinya ini berdampak pada akurasi penentuan posisinya," ujar Thomas.

Informasi hotspot LAPAN telah menjadi rujukan nasional sejak tahun 2016 berdasarkan surat yang dikeluarkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam rapat koordinasi, LAPAN juga menyerahkan data dan mosaik data satelit penginderaan jauh berbagai resolusi hasil akuisisi tahun 2019 serta dua e-book berjudul Informasi Spasial Tematik Klasifikasi Tanaman Sawit Berdasarkan Umur dan Informasi Potensi Lokasi Budidaya Kerapu dan Rumput Laut Berbasis Data Satelit. Data tersebut akan diberikan kepada 28 kementerian dan lembaga, 34 pemerintah provinsi, dan 50 pemerintah kabupaten dan kota.

Dari peningkatan resolusi citra satelit LAPAN, dapat diperoleh informasi seputar koordinat yang menentukan lokasi titik panas. Dengan perbaikan resolusi tersebut, maka area probabilitas menjadi di bawah 1 kilometer.
Baca juga: LAPAN: Indonesia kurang terdampak siklon Claudia karena badai menjauh

"Nanti probabilitasnya di bawah 1 km jadi akan lebih akurat lagi untuk memandu aparat di daerah untuk segera mengindentifikasi titik panas yang berpotensi, jadi kebakaran hutan untuk segera dicegah," ujarnya.

Dari hasil tangkapan satelit hingga penyajian informasi di website hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Dalam rapat tersebut, LAPAN juga mendiseminasikan informasi dan mengumpulkan aspirasi dan kebutuhan para pemangku kepentingan terkait citra satelit penginderaan jauh.
Baca juga: Ada potensi banjir rob saat gerhana bulan penumbra, sebut Kepala LAPAN
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020