Jakarta (ANTARA) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) akan mengembangkan teknologi melakukan iradiasi terhadap molibdenum alam untuk menghasilkan radioisotop teknesium-99m (Tc-99) untuk mendukung diagnosis di dunia kesehatan dan kedokteran nuklir seperti diagnosis pada pemyakit kanker.

"Teknesium-99m sebagai penanda berbagai macam obat untuk diagnosis," kata Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan dalam pertemuan dengan awak media di Jakarta Selatan, Rabu.

Radioisotop teknesium-99m (Tc-99m) adalah radioisotop dengan waktu paruh yang pendek yakni enam jam, sehingga radiasi yang dipancarkan radioisotop ini akan hilang setelah proses diagnosis selesai dan aman bagi tubuh pasien.

Teknesium-99m (Tc-99m) merupakan bagian dari produk radioisotop dan radiofarmaka sebagai salah satu Prioritas Riset Nasional 2020-2024 yang dikoordinasikan oleh BATAN.

Teknesium-99m memancarkan radiasi gamma sehingga menjadi penanda dalam proses diagnosis seperti sel kanker. Radiasi yang dipancarkan akan ditangkap detektor radiasi dari luar tubuh. Dengan sebaran radioisotop di dalam tubah maka dapat diamati dengan mudah sehingga bermanfaat bagi diaknosa kedokteran nuklir.

Selama ini teknesium-99m diperoleh dari molibdenum-99 yang merupakan hasil fisi atau pembelahan uranium, yang menyisakan banyak limbah radioaktif yang memerlukan pengamanan dan pengelolaan.

Sementara, jika terhadap molibdenum alam dilakukan iradiasi maka akan diperoleh molibdenum-99, yang merupakan radioisotop induk dari teknesium-99m. Jika mampu menghasilkan teknesium-99m dari molibdenum alam, maka ini akan menjadi terobosan terbaru untuk mendukung dunia kesehatan dan kedokteran nuklir Indonesia.

Dengan molibdenum alam, maka hampir tidak ada atau zero produk fisi atau limbah radioaktif.

Anhar menuturkan saat ini banyak pihak sedang berlomba-lomba untuk menghasilkan teknesium-99m dari molibdenum alam. Produk masal terkait radioisotop teknesium-99m belum ada hingga saat ini.

Anhar menuturkan pihaknya akan mulai mengembangkan teknologi untuk memproses molibdenum alam untuk menghasilkan teknesium-99m. BATAN akan bekerja sama dengan salah satu perusahaan asal jepang untuk mengembangkan teknologi tersebut.

Dia mengharapkan dalam dua tahun bisa diciptakan prototipe untuk teknologi pemrosesan molibdenum alam untuk menghasilkan teknesium-99m.

Anhar mengatakan ada indikasi molibdenum alam di daerah Kalimantan dan Sulawesi tapi perlu penelitian lebih lanjut yang akan dilakukan oleh BATAN.

Untuk keperluan diagnosis, teknesium-99m digabung pada obat A yang diberikan ke tubuh pasien untuk mendeteksi sel-sel kanker. Obat bersama produk radioisotop itu akan menuju organ tubuh tertentu yang di mana terdapat sel kanker.

Kemudian, teknesium-99m itu akan memancarkan radiasi yang kemudian ditangkap detektor radiasi di luar tubuh pasien sehingga diperoleh gambaran tentang sel-sel kanker tersebut. Dari hasil itu, dapat ditentukan diagnosis penyakit untuk mempersiapkan pengobatan yang dibutuhkan. 

Baca juga: BATAN mulai studi kelayakan PLTN di Kalimantan Barat
Baca juga: BATAN kembangkan sistem pemantau radiasi lingkungan

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020