"Tugas sebagai Kapolri, dirasa cukup berat. Tapi alhamdulillah tiga tahun, tiga bulan itu dapat dilalui dengan baik," kata Tito Karnavian.
Jakarta (ANTARA) - Mendagri Jenderal (Purn) Tito Karnavian bercerita perjalanan tugasnya selama menjadi Kapolri tidaklah mudah.

Ia menjabat sebagai Kapolri selama tiga tahun tiga bulan sejak 13 Juli 2016 hingga 22 Oktober 2019.

"Tugas sebagai Kapolri, dirasa cukup berat. Tapi alhamdulillah tiga tahun, tiga bulan itu dapat dilalui dengan baik," kata Tito dalam Upacara Pisah Sambut, di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu.
Baca juga: Mendagri Tito libatkan ibu-ibu PKK cegah "stunting"

Selama menjabat Kepala Kepolisian RI, tugas dan fungsi yang diembannya dinilainya sangat kompleks.

"Tugas paling kompleks untuk kepala kepolisian di seluruh dunia. Terbesar setelah China dengan personel yang besar," katanya lagi.

Kemudian sistem demokrasi di Indonesia dengan mayoritas kalangan kelas bawah juga menjadikan tugas pengamanan Polri, berat.

"Tantangan yang dihadapi cukup berat, sebagai pengemban utama untuk menjaga stabilitas keamanan, penegakan hukum. Indonesia menganut sistem open democracy, dengan banyaknya low class, tugas menjaga kamtibmas di negara ini tidak mudah," katanya.

Sedangkan di internal Polri sendiri, pihaknya harus menata kehidupan 446 ribu orang personelnya.

Selama kepemimpinannya sebagai Kapolri, Tito tercatat berhasil mengamankan sejumlah agenda acara nasional maupun internasional seperti dalam penyelenggaraan Sidang Umum Interpol pada November 2016 di Bali yang dihadiri 163 kepala kepolisian dari seluruh dunia.
Baca juga: Samakan visi, Tito bakal kumpulkan seluruh kepala daerah

Ia pun menyoroti upaya pengamanan rangkaian Pilkada Jakarta 2017 yang cukup melelahkan.

Kemudian Pemilihan Presiden dan Pemilu Legislatif serentak 2019.

"Masyarakat terpolarisasi, tensinya cukup panas. Tapi alhamdulillah bisa dilalui," katanya.

Pada 2018, Indonesia dipercaya untuk menyelenggarakan kompetisi olahraga Asia, yakni Asian Games 2018 dan Asian Paragames 2018.

Kemudian acara 2018 Annual Meeting of IMF yang dihadiri oleh sekitar 30 ribu tokoh ekonomi dari berbagai belahan dunia juga dapat berlangsung dengan baik.

Pada Mei 2018, terjadi kerusuhan napi teroris di Rutan Mako Brimob.

"Saat itu saya sedang tugas di Yordania, terima kasih kepada jajaran Polri yang turun langsung menangani insiden," katanya pula.
Baca juga: Polemik RAPBD DKI, Tito tidak mau intervensi daerah

Kemudian rentetan bencana alam pada 2018, mulai dari gempa Lombok NTB, tsunami di Palu, Donggala, tsunami di Selat Sunda, menjadi tantangan tersendiri bagi Polri.

Begitu pun dengan pengamanan terhadap sejumlah aksi mobilisasi massa, baik yang berjalan damai maupun yang berakhir anarkis.

Pada akhir masa dinasnya sebagai kapolri, terjadi kerusuhan di Papua yang menelan korban jiwa.

"Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh personel Polri, pengabdian Bhayangkara dan Bhayangkari sejati atas pengabdian pengorbanannya dalam memelihara keamanan," katanya.

Pihaknya pun mengucapkan selamat bertugas kepada Jenderal Idham Azis sebagai Kapolri. "Selamat bertugas untuk Pak Idham. Ini amanah dari Tuhan melalui Presiden," katanya.

Dengan berbekal pengalaman berbagai tugas kepolisian selama 32 tahun, dia kini bertugas sebagai Menteri Dalam Negeri.

Tito berseloroh, dengan jabatan barunya sebagai Mendagri, tingkat ketegangan yang dirasakannya lebih rendah daripada saat menjabat Kapolri.

"Kalau Kapolri, stresnya 9 dari skala 1-10. Sekarang sebagai Mendagri, skalanya 6,5," katanya pula.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019