Perlu re-indonesia-nisasi kehidupan beragama di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar mengatakan sudah seharusnya agama dan aliran apapun yang masuk ke Indonesia harus melalui filter keindonesiaan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah kemajemukan dan perbedaan.

"Nilai-nilai dari luar itu perlu kita lakukan semacam sentuhan keindonesiaan supaya nanti tidak nabrak satu sama lain di dalam. Enak kan kalau kita berkeindonesiaan, ajaran apapun agamanya tapi kita dibingkai oleh sebuah substansi ke-Indonesia-an, kalau tidak ada unsur keindonesiaannya bisa nabrak satu sama lain," kata Nasaruddin dalam Kuliah kebangsaan Kita Bersatu Membangun Indonesia: Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya Untuk Indonesia Raya, Jakarta, Kamis.

Filter ke-Indonesia-an tersebut antara lain Pancasila, Bhineka tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Undang-undang Dasar 1945.

Baca juga: Imam Istiqlal titip penyelesaian akar masalah agama pada Jokowi-Amin

Menurut Nasaruddin, Indonesia harus menciptakan satu proteksi bagus untuk mempertahankan keindonesiaan saat ini dan lebih baik di masa akan datang sehingga tidak terjerumus dalam paham-paham yang bertentangan dengan dasar dan ideologi bangsa Indonesia.

"Perlu re-indonesia-nisasi kehidupan beragama di Indonesia. Sebelum agama masuk ke Indonesia harus melalui filter pengindonesiaan," ujarnya.

Untuk memfilter ajaran atau paham yang masuk, maka cara pengajaran keagamaan sangat berperan penting di tengah masyarakat Indonesia.

Nasaruddin tidak menginginkan adanya perdebatan untuk pembenaran satu agama lebih baik dibanding agama lain, tapi dia berharap ada semacam koordinasi antar sesama pengajar agama untuk tetap menanamkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa serta Pancasila dalam pengajaran agama.

"Dalam mengajarkan agama kita masing masing jangan menyerempet untuk menjelek-jelekkan agama orang lain. Semua agama itu diyakini benar oleh penganutnya tapi jangan kita mentah-mentah mengadili bahwa agama orang lain itu sesat kecuali aku," tuturnya.

Baca juga: Imam Besar Istiqlal: Pelantikan Presiden penuh kegembiraan
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019