Kita itu punya bahan baku untuk tenaga nuklir yaitu uranium. Kualitasnya termasuk yang terbaik setelah NTT dan satu di antaranya daerah yang mengandung uranium adalah Melawi
Pontianak (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji menyatakan pihaknya terus mendorong Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) untuk terus melakukan kajian guna meminimalisasi dampak rencana pembangunan reaktor nuklir yang akan dilakukan di provinsi itu.

"Terkait rencana pembangunan reaktor nuklir, saat ini masih terus diteliti dan dilakukan kajian. Kita mendorong BATAN untuk melakukan hal itu, di mana saja titik-titik pembangunannya, kanapa harus di situ, jawabannya harus diberikan secara komprensif bukan parsial, sehingga ketika ada yang bertanya, sudah bisa dijawab dengan jelas dan tidak menimbulkan keraguan," katanya usai melakukan pertemuan dengan perwakilan BATAN di Pontianak, Rabu.

Menurutnya, saat ini sudah ada empat titik rencana pembangunan reaktor nuklir di antaranya Ketapang, Bengkayang, Sambas dan Kayong Utara.

"Untuk bahan baku uraniumnya akan diambil dari Melawi," katanya.

Sutarmidji menjelaskan, pengembangan nuklir untuk listrik memang sudah seharusnya dilakukan di Indonesia dan daerah yang masuk kriteria adalah Kalbar.

Untuk itu, dirinya mendukung penuh adanya pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Provinsi Kalbar ini sehingga  meminta BATAN dan pemangku kepentingan lainnya terus memformulasikannya sehingga PLTN ini bisa dibangun di Kalbar.

"Kita itu punya bahan baku untuk tenaga nuklir yaitu uranium. Kualitasnya termasuk yang terbaik setelah NTT dan satu di antaranya daerah yang mengandung uranium adalah Melawi," katanya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir BATAN Suryantoro mengatakan Provinsi Kalimantan Barat membutuhkan keberadaan PLTN yang bertujuan mengatasi persoalan rendahnya elektrifikasi di daerah itu.

"Kalbar membutuhkan adanya PLTN untuk mengatasi masalah kelistrikan yang masih rendah dan juga menginginkan pasokan listrik yang bersih, salah satunya dengan memanfaatkan PLTN," kata Suryantoro.

Baca juga: Batan: Kaltim dan Kalbar potensial dibangun PLTN

Baca juga: DPR Usulkan Pembangunan PLTN Baru di Kalbar dan Kalteng


Selain untuk mengatasi masalah kelistrikan yang masih rendah, kata dia, pembangunan PLTN tersebut juga bertujuan untuk mengolah sumber daya alam bauksit yang banyak di daerah itu.

Saat ini, bauksit tersebut ditambang dan langsung dijual. Pihak pemerintah daerah menginginkan agar bauksit tersebut diolah menjadi alumina dan kemudian aluminium.

"Untuk proses pengolahan itu membutuhkan energi yang besar. Energi itu didapatkan dari PLTN," katanya.

Dia menambahkan PLTN yang akan dibangun berupa purwarupa (prototipe) dengan kapasitas 100 MW. Proses pembangunannya akan dimulai pada 2020 hingga 2024.

Pihak BATAN, kata dia, mendukung pembangunan PLTN tersebut dalam bentuk dukungan teknis mulai dari evaluasi tapak, pembangunan PLTN, dan sebagainya.

Menurut dia, purwarupa PLTN komersil tersebut merupakan hasil riset yang dikembangkan oleh BATAN dan menjadi salah satu prioritas riset nasional ke depan.

"Saat ini hasil riset harus dalam bentuk purwarupa, sehingga hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat," katanya.

Sebelumnya, hasil survei menunjukkan sekitar 87 persen masyarakat Kalimantan Barat mendukung pembangunan PLTN di daerah tersebut.

Baca juga: BATAN: Kalimantan Barat membutuhkan PLTN

Baca juga: Investor Asing Tertarik Kelola Tambang uranium di Melawi

Baca juga: Kalbar siap dukung kemandirian energi melalui pembangunan PLTN

Baca juga: WALHI Kalbar minta presiden hentikan upaya pendirian PLTN

 

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019