Nanti kita lihat bagaimana hasil evaluasi kondisi terakhir,
Sampit (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Suparmadi mengimbau masyarakat, khususnya orangtua untuk mengawasi anak di rumah dalam mencegah terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat asap kebakaran lahan.

"Di rumah pun anak-anak harus tetap diawasi. Jangan dibiarkan bermain di luar rumah saat asap pekat. Kalau dibiarkan, nanti sakit, sama saja bohong. Sekolah diliburkan tapi di rumah anak-anak dibiarkan bermain di luar rumah," kata Suparmadi di Sampit, Kamis.

Pekatnya asap kebakaran lahan yang menyelimuti sejumlah wilayah di Kotawaringin Timur, khususnya di pusat kota Sampit, membuat pemerintah daerah meliburkan sekolah selama satu minggu sejak Senin (16/9).

Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini cuaca ekstrem kabut asap di Sampit

Kebijakan itu diambil untuk menyelamatkan anak-anak dari penyakit akibat asap dan debu kebakaran lahan, khususnya ISPA. Sebagai gantinya, pihak sekolah memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah selama sekolah diliburkan.

Hingga saat ini asap masih menyelimuti Sampit meski mulai menipis. Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, kualitas udara Sampit pada pukul 10.00 WIB masih dalam kategori berbahaya dengan indeks pencemaran 409.154 mikrogram per meter kubik.

Mempertimbangkan kondisi saat ini, Suparmadi meminta orangtua melindungi anak-anak dari penyakit akibat asap. Peningkatan kewaspadaan itu sangat penting karena anak-anak sangat rawan terserang penyakit akibat asap.

Disinggung pemberlakuan libur sekolah yang akan berakhir akhir pekan nanti, Suparmadi mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi. Jika kondisi asap masih membahayakan, tidak menutup kemungkinan libur akan diperpanjang.

Baca juga: Bandara Haji Asan Sampit masih tertutup asap

"Nanti kita lihat bagaimana hasil evaluasi kondisi terakhir. Tapi mudah-mudahan saja kondisi terus membaik sehingga anak-anak bisa kembali bersekolah. Kalau liburnya lama maka dikhawatirkan akan mengganggu pendidikan mereka," harap Suparmadi.

Sementara itu, data Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur menunjukkan, penderita ISPA meningkat tajam selama terjadi kebakaran lahan dan asap pekat, khususnya sejak dua bulan terakhir.

Selama 2019, jumlah kasus ISPA di Kotawaringin Timur pada Januari sebanyak 1.342 kasus, Februari 1.724 kasus, Maret 1.638 kasus, April 1.383 kasus, Mei 2.208 kasus, Juni 2.207 kasus, Juli 2.625 kasus dan Agustus 3.625 kasus.

Jumlah kasus ISPA selama September ini diperkirakan juga tinggi. Namun, pemerintah daerah tetap berharap kondisi ini bisa ditekan dengan pemadaman kebakaran lahan yang dilakukan siang dan malam, serta upaya pencegahan melalui pembagian ribuan masker.

Baca juga: Asap pekat di Sungai Mentaya Kalteng rawan picu kecelakaan

Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019