Shanghai (ANTARA) - Dewan Negara China telah menyerukan pengembangan yang lebih besar dari kota Shenzhen Selatan dan integrasi budaya dan ekonominya dengan negara bagian tetangga Hong Kong dan Makau.

Pengarahan tersebut muncul ketika protes anti-pemerintah di Hong Kong mengancam status pusat keuangan Asia itu.

Hong Kong, salah satu pelabuhan tersibuk di dunia, berada di ambang resesi pertamanya dalam satu dasawarsa ketika protes anti-pemerintah yang keras membuat wisatawan takut dan menjepit penjualan ritel dan investasi.

Terdapat 19 titik arahan Dewan Negara yang diterbitkan di media pemerintah Harian Rakyat, menyerukan "kekuatan dan perkembangan ekonomi" Shenzhen untuk peringkat di antara yang terbaik di dunia pada tahun 2025, dan "tolok ukur global" pada pertengahan abad ini.

Pada 1990-an, reformasi berorientasi pasar dan dukungan pemerintah mengubah Shenzhen dari desa biasa menjadi pusat sektor manufaktur dan teknologi China.

Kota itu sekarang menampung markas global Tencent, raksasa media sosial China, dan Huawei, pembuat peralatan jaringan di mana perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dilarang oleh Presiden Donald Trump secara efektif untuk memasok bahan.

Pengarahan tersebut menyerukan "modernisasi tata kelola sosial" di Shenzhen melalui "aplikasi komprehensif big data, komputasi awan, kecerdasan buatan dan teknologi lainnya."

Itu menyerukan integrasi budaya dan ekonomi Shenzhen dengan Hong Kong dan Makau melalui pendanaan untuk rumah sakit, upaya bantuan bencana bersama dan pertukaran budaya, dan untuk lebih mengembangkan Hong Kong-Macao Greater Bay Area dan "memperkaya praktik baru dari Kebijakan 'satu negara, dua sistem'. "

Hong Kong kembali dari Inggris ke pemerintahan China pada tahun 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang menjanjikan kebebasan luas yang ditolak oleh warga di daratan Tiongkok, tetapi banyak di kota itu yang percaya Beijing telah mengikis kebebasan itu.

Protes Hong Kong dimulai sebagai penentangan terhadap RUU ekstradisi yang sekarang ditangguhkan ke China Darata dan telah mendorong seruan yang lebih luas untuk demokrasi.

Pekan lalu pasukan paramiliter China melakukan latihan di luar stadion olahraga utama di Shenzhen, memicu spekulasi bahwa mereka mungkin akan digunakan di Hong Kong.

Sumber: Reuters

Baca juga: China peringatkan akan tumpas aksi protes di Hong Kong

Baca juga: EU desak "dialog semua pihak" mengenai krisis Hong Kong

Baca juga: China kepada Kanada: Berhenti campuri urusan Hong Kong


 

Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019