Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menganggap nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi melemah di tengah sentimen ketidakpastian pasar meningkat atau risk-off.
"Rupiah diperkirakan masih berpotensi melemah terhadap dolar AS yang menguat di tengah sentimen risk off," ungkapnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta melemah sebesar 13 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.749 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.736 per dolar AS.
Menurut Lukman, pemicu dari sentimen risk off adalah terjadinya sell off (aksi jual besar-besaran suatu aset) di Wall Street karena kekhawatiran bubble (harga melonjak melebihi nilai intrinsiknya, diikuti penurunan harga secara tajam) saham-saham teknologi dan artificial intelligence (AI).
Mengutip Anadolu, perusahaan-perusahaan teknologi besar sempat mengumumkan pengeluaran lebih dari 380 miliar dolar AS dalam laporan keuangan mereka.
Namun, terdapat kekhawatiran terkait "gelembung AI" dan valuasi saham teknologi yang terlalu tinggi dalam beberapa pekan terakhir.
Kini, investor sedang menunggu laporan pendapatan Nvidia, yang harga sahamnya turun 1,8 persen pada Senin (17/11/2025) menjelang pengumuman pendapatan kuartal III-2025.
Di samping itu, investor khawatir tentang valuasi yang terlalu tinggi, sehingga memberikan tekanan terhadap produsen chip tersebut dan ekuitas teknologi besar.
