Bandung (ANTARA) - Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) berkomitmen menyiapkan revitalisasi terhadap Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo) untuk menjadi lembaga konservasi berkelas dunia.
Ketua YMT John Sumampauw mengungkapkan rencana revitalisasi itu berawal dari keinginan untuk memajukan Bandung Zoo menjadi lembaga konservasi berstandar internasional sehingga dapat dikenal oleh turis mancanegara.
“Kalau dari segi marketing sudah siap, maka dari segi produk pun harus siap. Kita harus berani berinvestasi untuk mempromosikan produk kita di luar negeri bahwa Bandung Zoo menjadi lembaga konservasi kelas dunia,” kata John kepada ANTARA di Bandung, Selas.
John menyebut upaya peremajaan telah dilakukan sejak 2017, di antaranya pembangunan kandang jerapah dan aviari burung. Namun, ia mengakui masih banyak fasilitas yang perlu diperbaiki agar sesuai dengan standar internasional.
Ia menambahkan ke depan tidak ada lagi hewan-hewan berada dalam kondisi kandang yang tidak memadai seperti menggunakan jeruji besi yang membuat satwa tidak nyaman.
“Kalau dilihat pihak luar negeri, kondisinya bahkan di bawah standar. Bukannya dipuji, malah dicela. Karena itu kita belum terlalu berani mempromosikan ke luar negeri. Inilah yang harus kita benahi, jangan sampai ada lagi kandang jeruji-jeruji kecil,” ujarnya.
Dirinya mencontohkan keberhasilan dari Bali Safari yang dinilai telah terbukti menjadi lembaga konservasi kelas dunia dan diminati oleh turis mancanegara.
“Bali Safari sudah berhasil mengharumkan nama konservasi Indonesia. Semua komentar tentang Bali Safari itu positif, padahal pengunjungnya banyak orang luar negeri yang merasa senang dan puas dengan apa yang disuguhkan di Bali Safari. Itu terbukti berhasil,” katanya.
Oleh karena itu, ia optimistis dengan peningkatan kualitas Bandung Zoo dapat sejajar dengan Bali Safari dan akan menarik lebih banyak wisatawan luar daerah maupun mancanegara yang berdampak pada kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kalau kita sudah membangun kawasan berkelas internasional, tentu akan ada efek domino dengan meningkatnya kedatangan wisatawan dari berbagai negara. Jadi banyak hal yang harus kita kerjakan,” kata dia.
Selain itu, YMT membuka peluang kerja sama dengan berbagai lembaga konservasi satwa di dalam dan luar negeri, termasuk European Association of Zoos and Aquaria (EAZA) serta South East Asian Zoos Association (SEAZA).
“Kita harus kerja sama dengan mereka, karena dari situ kita bisa saling belajar, saling menukar satwa, bukan hanya membeli. Dengan kolaborasi itu, kita bisa memperkuat jaringan internasional sekaligus meningkatkan kualitas pengelolaan,” kata John.
