Dampaknya mulai terasa, seperti pemangkasan tenaga kerja Internal Revenue Service (IRS) dan penundaan penerbangan oleh Federal Aviation Administration (FAA), meski sebagian pelaku pasar menilai efek ekonomi yang signifikan baru akan muncul apabila shutdown berlangsung lebih lama.
Di sisi lain, risalah rapat FOMC menunjukkan perbedaan pandangan antar pejabat The Fed mengenai arah suku bunga, sehingga pelaku pasar masih menahan diri dan menantikan sinyal jelas soal pelonggaran kebijakan moneter.
Kombinasi antara valuasi tinggi, kebijakan moneter yang belum pasti, dan gangguan ekonomi akibat shutdown menjadi faktor utama yang menekan sentimen di bursa saham AS, Wall Street.
Pada perdagangan Jumat (10/10) pekan kemarin, bursa saham Eropa ditutup kompak melemah, diantaranya Euro Stoxx 50 melemah 1,68 persen, indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,86 persen, indeks DAX Jerman melemah 1,50 persen, serta indeks CAC Prancis melemah 1,53 persen.
Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup kompak melemah pada perdagangan Jumat (10/10) , diantaranya Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 1,90 persen ditutup di level 46.479,60, indeks S&P 500 melemah 2,71 persen ke level 6.552,51, indeks Nasdaq Composite melemah 3,49 persen dan ditutup di level 24.221,75.
Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 491,64 poin atau 1,01 persen ke 48.088,80, indeks Shanghai melemah 44,51 poin atau 1,16 persen ke 3.851,25, indeks Hang Seng melemah 580,32 poin atau 2,14 persen ke 25.733,50, dan indeks Strait Times melemah 46,42 poin atau 1,05 persen ke 4.380,07.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IHSG awal pekan melemah ikuti bursa kawasan Asia dan global
