Sementara berbagai kalangan di Cianjur, termasuk orang tua siswa, menilai program tersebut menandakan pemerintah provinsi tidak mampu mengelola anggaran sehingga melibatkan masyarakat untuk mengumpulkan uang guna memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
Meski nilainya kecil yang dikumpulkan satu orang setiap harinya, namun menjadi sangat besar ketika jumlah total masyarakat di Jawa Barat yang mencapai puluhan juta orang. Disesuaikan dengan data kependudukan, maka uang yang terkumpul mencapai triliunan setiap hari.
“Hitung saja di Cianjur dengan 2,6 juta penduduk angkanya mencapai Rp2,6 miliar dikalikan dengan kabupaten/kota lain di Jabar mungkin triliunan per hari, sehingga program ini berisiko dan rentan diselewengkan, karena tidak ada yang melakukan audit dan seperti apa nanti pengawasannya," kata orang tua siswa Gia Gusniar (40).
Bahkan program yang menyasar pelajar atau siswa bertolak belakang dengan kebijakan Gubernur Jabar sebelumnya, dimana dilarang ada pungutan apapun dari sekolah terhadap siswa dengan berkedok sumbangan, namun kembali meluncurkan program sumbangan yang diperbolehkan.
