Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi bergerak turun mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia.
IHSG dibuka melemah 28,19 poin atau 0,39 persen ke posisi 7.176,18. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 4,23 poin atau 0,52 persen ke posisi 803,65.
“Sentimen yang datang dari eksternal diekspektasikan akan memberikan dampak yang lebih besar. Mulai dari kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dengan China, data Indeks Harga Produsen (IHP) AS, hingga ketegangan di Timur Tengah,” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya Jakarta, Jumat.
Dari mancanegara, pelaku pasar masih menantikan perkembangan kebijakan perdagangan lebih lanjut, terutama antara AS dan China, mengingat negosiasi kedua negara menjadi fokus utama pada pekan ini.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bersedia memperpanjang batas waktu 8 Juli untuk menyelesaikan pembicaraan perdagangan sebelum tarif AS yang lebih tinggi diberlakukan, namun penundaan tersebut mungkin tidak diperlukan.
Di sisi lain, dengan inflasi AS yang relatif terkendali, Trump akan memberikan tekanan yang jauh lebih besar kepada bank sentral AS The Fed untuk bergerak lebih cepat dalam menurunkan tingkat suku bunga acuannya, yang secara probabilitas kemungkinan tercepat akan terjadi pada September 2025.
Dari dalam negeri, melansir survei Bank Indonesia (BI) bulan Mei 2025, masyarakat cenderung mengurangi konsumsi dan lebih mengutamakan tabungan, yang terlihat dari penurunan rasio konsumsi rata-rata terhadap pendapatan menjadi 74,3 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 74,8 persen.
Sebaliknya, porsi pengeluaran untuk cicilan atau utang naik sedikit menjadi 10,8 persen, sedangkan porsi untuk tabungan tetap stabil di kisaran 14,9 persen. Penurunan konsumsi terjadi hampir di semua kelompok pengeluaran, kecuali pada mereka yang menghabiskan lebih dari Rp5 juta per bulan, yang justru mencatatkan kenaikan konsumsi.
Di sisi lain, ada kecenderungan peningkatan menabung pada kelompok berpengeluaran menengah, seperti kelompok Rp 1–2 juta dan Rp4,1–5 juta per bulan.