Bandung (ANTARA) - Madleen merupakan nama kapal yang ditumpangi oleh 12 aktivis solidaritas Palestina, termasuk aktivis lingkungan Swedia Greta Thunberg dari pelabuhan Catania, Sisilia, Italia pada Minggu (1/6) menuju Jalur Gaza di Palestina, Minggu (8/6) malam dan hilang kontak.
Yonhap, Senin, melaporkan pelayaran selama tujuh hari yang memasuki perairan teritorial Gaza sekitar Minggu malam (8/6) harusnya berlabuh di Gaza pada Senin pagi.
Selain dari Swedia, berada dalam kapal itu aktivis dari Jerman, Prancis, Brazil, Turki, Spanyol dan Belanda.
Baca juga: Kapal bantuan Gaza "Madleen" dicegat Israel, relawan di kapal diculik
Kapal Madleen diberi nama sesuai nama nelayan perempuan pertama di Jalur Gaza, Madleen Kulab.
Madleen, anak tertua dari empat bersaudara yang membantu ayahnya menangkap ikan sejak usia muda, mulai bekerja di laut dengan sungguh-sungguh setelah ayahnya terluka dalam serangan Israel.
Adapun kapal Madleen diberangkatkan oleh koalisi armada kebebasan (Freedom Flotilla Coalition) Gaza, sebuah organisasi nirlaba internasional yang berusaha menyuplai pasokan bantuan kepada korban perang di Jalur Gaza yang diblokade ketat militer Israel terhitung mulai tanggal serangan dilancarkan 7 Oktober 2023, mendekati 100 hari.
Bantuan yang dibawa, meliputi susu bayi, tepung, beras, popok, perlengkapan perempuan, alat penjernih air, obat-obatan, kruk, dan kaki palsu anak-anak, menurut penyelenggaranya.
Kapal Madleen mendekati pantai Jalur Gaza melalui Laut Mediterania di sebelah utara Mesir. Pada Senin dini hari, portal pelacak Madleen milik FFC menunjukkan kapal tersebut kehilangan kontak dengan dunia luar dengan simbol "tanda seru".
Israel sebelumnya melarang "upaya provokasi" menembus pesisir Gaza dengan alasan diblokade untuk memblokir impor senjata Hamas.
Saat itu, Kapal Madleen yang berbendera Inggris diketahui mendekati perairan teritorial "yang diblokade Israel", sekitar kawasan lepas-pantai Gaza.