Garut (ANTARA) - Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengingatkan petani yang memiliki lahan dengan ketersediaan air terbatas saat musim kemarau agar menanam palawija yang tidak membutuhkan banyak air agar tidak menimbulkan kerugian besar.
"Yang jelas tanaman yang tahan musim kering, antara lain jagung, kacang-kacangan, singkong, ubi kayu, dan ubi jalar," kata Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan pada Dispertan Kabupaten Garut, Ardhy Firdian di Garut, Jumat.
Ia menuturkan Dispertan Garut sudah melakukan berbagai persiapan untuk meminimalisasi risiko musim kemarau, salah satu caranya dengan beralih tanam yang biasanya padi atau tanaman yang membutuhkan banyak air dengan diganti tanaman yang kuat saat kemarau.
Ia menyebutkan jenis tanaman yang dinilai tahan saat musim kemarau tidak hanya jenis palawija, tapi juga ada jenis lain yakni merekomendasikan menanam tembakau yang bisa dilakukan saat mau memasuki kemarau.
"Tembakau juga direkomendasi ditanam menjelang musim kemarau," katanya.
Ardhy mengingatkan, alih tanam itu tidak dilakukan saat sudah di tengah musim kemarau, tapi sebaiknya saat menjelang berakhirnya musim hujan karena tanaman saat awal tanam masih membutuhkan pasokan air untuk pertumbuhan.
"Tetap harus diperhatikan bahwa penanaman dilakukan saat menjelang berakhirnya musim hujan, karena biar bagaimanapun di awal-awal penanaman, tanaman tetap memerlukan air untuk pertumbuhannya," kata Ardhy.
Jika ada tanaman yang kekurangan air saat kemarau, kata dia, pihaknya telah menyiapkan berbagai solusi yakni dengan cara pompanisasi maupun pipanisasi dengan menarik air dari sumber air yang masih tersedia.
Ia menyampaikan sistem pompanisasi masih dinilai ampuh untuk menyelamatkan lahan tanaman pangan yang dilanda kekeringan saat kemarau.
"Sepanjang sumber airnya tersedia dan lokasinya memungkinkan untuk diekstraksi itu bisa," katanya.
Ia menyebutkan lahan pertanian di Garut tercatat sekitar 46.816 hektare tersebar di 42 kecamatan dengan luas lahan tadah hujan sekitar 11.240 hektare, dari luas tadah hujan itu sekitar 7.024 hektare yang disarankan untuk menanam tanaman yang tahan saat kemarau.
Ia berharap berbagai upaya mitigasi kemarau yang sudah disiapkan oleh Dispertan Garut seperti pipanisasi, pompanisasi, dan pemanfaatan air tanah dapat meminimalisasi kerugian dan juga stabilitas produktivitas pertanian.
"Mudah-mudahan semuanya bisa menjaga atau menempatkan kondisi yang aman tidak terdampak kekeringan yang mungkin akan terjadi ke depannya," katanya.