Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto mengatakan bahwa tidak perlu ada aturan baru soal pemusnahan amunisi, tetapi yang penting adalah mematuhi prosedur yang ada sehingga tidak ada korban dari pihak militer maupun warga sipil.
Hal tersebut disampaikannya saat dikonfirmasi wartawan soal apakah akan ada aturan baru yang dibuat sebagai buntut insiden dalam pemusnahan amunisi milik TNI di Garut, Jawa Barat, yang menyebabkan 13 orang meninggal dunia, sembilan di antaranya warga sipil.
"Kalau begini bukan soal aturan, ini soal dedicated to excellence, sikap dalam bekerja. Jangan ceroboh, aturan harus ditaati, ada komandan yang jaga, terus enggak boleh sembarang orang. Ini yang harus ditegaskan," kata Utut di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu.
Utut mengatakan bahwa pihak TNI sudah mempunyai aturan yang ketat dalam pelaksanaan kegiatan dan operasi militer. Fokus saat ini adalah soal bagaimana membangun kultur kepatuhan pada aturan yang ada.
"Apakah mereka enggak punya aturan? Ya, pasti punya, tetapi ini lebih pada sikap dan kultur. Ini panjang lo, enggak bisa segera," tuturnya.
Wakil rakyat yang berada di komisi yang membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika, dan intelijen ini mengatakan bahwa ledakan amunisi di Garut, Jawa Barat, itu bukan yang kali pertama. Namun, kejadian itu harus menjadi tragedi yang terakhir kalinya.
"Biar Kepala Staf TNI Angkatan Darat dan Pangdam Siliwangi menjelaskan hal ini. Kami akan meminta beliau mudah-mudahan ini yang terakhir kali terjadi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana mengatakan bahwa peristiwa nahas itu terjadi ketika TNI AD melakukan pemusnahan amunisi.
Pemusnahan ini oleh jajaran Gudang Pusat Amunisi III Pusat Peralatan TNI AD di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5) pukul 09.30 WIB.
"Pada awal kegiatan secara prosedur telah ada pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan. Semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," kata Brigjen TNI Wahyu.