Ia menjelaskan swasembada itu berdasarkan perhitungan dari 1 hektare aren jika ditanam dengan cara benar, maka akan memproduksi 24 ribu kilo liter biotenol, apabila ditanam di lahan satu juta hektare maka dapat memenuhi kebutuhan nasional.
"Kalau kita tanam satu juta hektare sama dengan kita tidak perlu impor BBM karena bioetanol ini sangat baik," katanya.
Bupati Garut Abdusy Syakur Amin yang hadir mendampingi Menhut menyampaikan, terima kasih adanya perhatian dari Kemenhut untuk membantu masyarakat Garut dalam mengembangkan potensi pohon aren.
Ia berharap untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan yang ditanami dengan gula aren itu bisa ditunjang dengan berbagai peralatan teknologi untuk memudahkan petani dalam bekerja.
"Mohon bantuan alat-alat seperti diubah menjadi gula semut, itu ada proses, perlu sentuhan teknologi," katanya.
Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat Jaya Waringin, Nur Asyiah (50) mengatakan, luas lahan di Desa Parakan sekitar 25 hektare, sekitar 5 hektare ditanami seribu pohon aren.
Ia menyampaikan saat ini pohon aren yang tumbuh di wilayah Desa Parakan belum semuanya menghasilkan gula aren, meski begitu sudah memberikan manfaat bagi petani seperti membuat sapu lidi, dan daun kawung muda untuk lintingan tembakau.
"Dua tahun lagi diperkirakan sudah bisa produksi, dan dengan menanam pohon aren ini banyak manfaatnya, selain gula aren, melindungi mata air, dan bisa menjadi bioetanol," katanya.
Dinas Pertanian Kabupaten Garut mencatat saat ini luas lahan perkembangan gula aren di Garut tahun 2024 sekitar 2.652 hektare dengan angka produktivitas sekitar 6.706 kilogram per hektare yang dikelola oleh 5.019 petani tersebar di 31 dari 42 kecamatan.