Depok (ANTARA) - Guru Besar dalam bidang Ilmu Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) l Prof. Dr. apt. Herman Suryadi, M.Si menemukan manfaat lignoselulosa sebagai bahan baku obat guna menekan angka impor eksipien farmasi.
"Kemandirian nasional dalam penyediaan bahan baku obat sangat penting khususnya eksipien, ini bisa melalui pemanfaatan biomassa lokal," kata Herman Suryadi di Depok, Jawa Barat, Kamis.
Eksipien merupakan bahan tambahan dalam pembuatan obat yang berperan penting dalam efektivitas dan stabilitas produk farmasi.
Salah satu eksipien penting adalah selulosa mikrokristalin (MCC) yang hingga kini sebagian besar masih bergantung pada impor, meskipun bahan baku lokal sangat melimpah.
“Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam menyediakan bahan baku MCC secara mandiri. Salah satu contohnya adalah kulit buah kakao yang merupakan biomassa lignoselulosa dengan kandungan selulosa tinggi. Kakao sendiri merupakan komoditas unggulan nasional, menjadikan limbahnya sebagai sumber bahan baku potensial yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal,” jelas Herman.
Lebih lanjut ia memaparkan berbagai metode pretreatment lignoselulosa baik fisik, kimia, fisikokimia, maupun biologis yang dapat digunakan untuk mengekstraksi selulosa.
Ia menekankan keunggulan pendekatan biologis/enzimatis yang lebih ramah lingkungan dan menjanjikan hasil lebih optimal tanpa menghasilkan produk samping berbahaya.
Hasil riset bersama mahasiswa Fakultas Farmasi UI ini juga menunjukkan bahwa MCC yang dihasilkan dari kulit kakao Indonesia memiliki karakteristik serupa dengan produk komersial seperti Avicel PH101.