Cirebon (ANTARA) - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Cirebon, Jawa Barat, memperkuat literasi keuangan syariah dengan terus menggencarkan program inklusi keuangan melalui Gerakan Akselerasi Keuangan Syariah (Gerak Syariah) yang menyasar ratusan pelajar di daerah itu.
Kepala OJK Cirebon Agus Muntholib di Cirebon, Sabtu mengatakan, program ini dilaksanakan secara rutin, khususnya selama bulan suci Ramadhan dengan mendatangi sejumlah sekolah di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning).
“Kegiatan ini sudah kami laksanakan, contohnya di SMA Negeri 1 Babakan dengan jumlah peserta sekitar 500 orang pada Jumat (7/3) kemarin,” katanya.
Ia mengatakan, dalam kegiatan ini, OJK Cirebon menghadirkan narasumber dari berbagai lembaga keuangan guna memberikan pemahaman mendalam kepada para pelajar.
Menurut dia, pemahaman mengenai prinsip keuangan syariah menjadi krusial bagi generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Ia menyebutkan, kalau prinsip syariah mengedepankan tolong-menolong, keadilan, dan transparansi dalam transaksi.
"Sebagai generasi penerus bangsa, penting bagi pelajar memahami pengelolaan keuangan dengan prinsip syariah yang mengacu pada hukum Islam, sunnah, dan hadis,” ujarnya.
Agus menyoroti urgensi literasi dan inklusi keuangan syariah, karena berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 tercatat indeks literasi hanya sebesar 39,11 persen.
Sementara, kata dia, untuk indeks inklusi keuangan hanya mencapai 12,88 persen.
"Data ini menunjukkan meskipun masyarakat memahami konsep keuangan syariah, masih sedikit yang benar-benar memanfaatkan produk dan layanan keuangan berbasis syariah," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan OJK memberikan perhatian khusus terhadap maraknya modus penipuan keuangan berbasis syariah, seperti paket ibadah dan investasi yang tidak masuk akal, yang kerap menggunakan tokoh agama sebagai endorsemen.
Agus menegaskan, melalui program ini, pihaknya mendorong agar semakin banyak pelajar yang memahami manfaat dan risiko produk keuangan syariah serta terhindar dari praktik keuangan yang merugikan.
"Kemajuan teknologi informasi memudahkan akses terhadap berbagai informasi. Namun, jika tidak diimbangi dengan literasi keuangan yang baik, masyarakat berisiko terjebak dalam kejahatan keuangan," katanya.