Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak, subspesialis endokrin Dr. dr. Harjoedi Adji Tjahjono mengatakan, anak dan remaja dengan diabetes melitus dapat menjalankan ibadah puasa namun dengan memperhatikan beberapa hal yakni melakukan kontrol metabolik hingga berada dalam pengawasan tim diabetes (tenaga medis).
“Anak dan remaja dengan diabetes melitus dapat menjalankan ibadah puasa dengan dengan syarat kontrol metaboliknya harus bagus,” ujar Harjoedi yang yang merupakan anggota unit kerja koordinasi (UKK) endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam webinar yang digelar di Jakarta, Selasa.
Selain itu, anak dan remaja yang berpuasa melakukan pemantauan gula darah mandiri secara teratur.
Sementara itu, anak dan remaja yang asuh dalam kelompok risiko tinggi tidak disarankan berpuasa, namun bila tetap memutuskan berpuasa perlu dilakukan pemantauan secara ketat oleh tim diabetes.
Adapun kelompok pasien diabetes melitus yang berisiko sangat tinggi bisa mengalami perburukan penyakit, diantaranya pasien dengan riwayat hipoglikemia berat dalam tiga bulan terakhir, riwayat hipoglikemia berulang, riwayat ketoasidosis diabetik atau hiperglikemik hyperosmolar dalam tiga bulan sebelum puasa, sedang sakit seperti demam, diare dan muntah serta menjalani dialisis kronik.
Lebih lanjut, dirinya merekomendasikan beberapa tata laksana yang dapat dilakukan oleh anak dan remaja pasien diabetes melitus, di antaranya insulin tetap diberikan dengan penyesuaian resimen, diet dengan nutrisi seimbang yakni saat iftar atau berbuka hindari makan kaya karbohidrat dalam jumlah besar, sahur makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan minum yang cukup.