PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung fokus pada 73 titik daerah pemantauan khusus (dapsus) sebagai antisipasi menghadapi musim penghujan tinggi dan terus-menerus yang dapat membuat Jalur KA terendam atau amblas.
Executive Vice Presiden KAI Daop 2 Bandung Dicky Eka Priandana, di Bandung, Kamis, mengatakan 73 titik dapsus tersebut hasil dari pemetaan oleh pihaknya pada daerah yang berpotensi banjir, longsor, jembatan dan kontur tanah labil maupun amblas.
Baca juga: Daop 2 Bandung: Tiket kereta untuk Natal-Tahun Baru sudah bisa dipesan
Mengingat intensitas hujan yang meningkat di beberapa hari terakhir, kami melakukan upaya-upaya pencegahan potensi gangguan perjalanan KA, kata Dicky pula.
"Jumlah perjalanan 164 KA di Wilayah Daop 2 Bandung, dengan rincian KA Commuter Line Bandung Raya sebanyak 46 KA; KA Walahar sebanyak 10 KA; KA Siliwangi 6, dan KA Feeder KCJB sebanyak 54, dan kami melakukan upaya-upaya pencegahan potensi gangguan perjalanan KA," kata Dicky lagi.
Sebanyak 73 titik pemantauan tersebut tersebar di sejumlah titik sepanjang jalur KA di daerah operasionalnya.
Untuk yang berpotensi tanah labil meliputi:
Executive Vice Presiden KAI Daop 2 Bandung Dicky Eka Priandana, di Bandung, Kamis, mengatakan 73 titik dapsus tersebut hasil dari pemetaan oleh pihaknya pada daerah yang berpotensi banjir, longsor, jembatan dan kontur tanah labil maupun amblas.
Baca juga: Daop 2 Bandung: Tiket kereta untuk Natal-Tahun Baru sudah bisa dipesan
Mengingat intensitas hujan yang meningkat di beberapa hari terakhir, kami melakukan upaya-upaya pencegahan potensi gangguan perjalanan KA, kata Dicky pula.
"Jumlah perjalanan 164 KA di Wilayah Daop 2 Bandung, dengan rincian KA Commuter Line Bandung Raya sebanyak 46 KA; KA Walahar sebanyak 10 KA; KA Siliwangi 6, dan KA Feeder KCJB sebanyak 54, dan kami melakukan upaya-upaya pencegahan potensi gangguan perjalanan KA," kata Dicky lagi.
Sebanyak 73 titik pemantauan tersebut tersebar di sejumlah titik sepanjang jalur KA di daerah operasionalnya.
Untuk yang berpotensi tanah labil meliputi:
1. KM 98+100 s.d 98+200 antara Stasiun Cibungur-Purwakarta.
2. KM 110+200 s.d 112+700 antara Stasiun Ciganea-Sukatani.
3. KM 123+400 s.d 127+500 antara Stasiun Ciganea-Sukatani.
4. KM 147+300 s.d 149+600 antara Stasiun Sukatani-Cilame.
5. KM 144+500 s.d 144+600 antara Stasiun Padalarang-Cimahi.
6. KM 73+900 s.d 74+100 antara Stasiun Lampegan-Cibeber.
7. KM 76+500 s.d 77+300 antara Stasiun Lampegan-Cibeber.
8. KM 86+200 s.d 86+400 antara Stasiun Cibeber-Cianjur.
9. KM 115+500 s.d 115+600 antara Stasiun Cipeuyeum-Cipatat.
10. KM 105+900 s.d 106+000 antara Stasiun Cianjur-Ciranjang.
11. KM 105+900/000 antara Stasiun Cianjur-Ciranjang.
12. KM 0+400/500 antara Stasiun Cibatu-Pasirjengkol.
13. KM 205+400/500 antara Stasiun Leles-Karangsari.
14. KM 206+200/300 antara Stasiun Leles-Karangsari.
15. KM 206+400/500 antara Stasiun Leles-Karangsari.
16. KM 212+000/100 antara Stasiun Karangsari-Cibatu.
17. KM 215+300/500 antara Stasiun Cibatu-Warungbandrek.
18. KM 221+500/600 antara Stasiun Warungbandrek-Bumiwaluya.
19. KM 227+300 s.d 228+600 antara Stasiun Warungbandrek-Bumiwaluya.
20. KM 241+000/100 antara Stasiun Cipeundeuy-Cirahayu.
21. KM 281+700/800 antara Stasiun Manonjaya-Ciamis.
22. KM 282+500/600 antara Stasiun Manonjaya-Ciamis.
23. KM 293+100/200 antara Stasiun Ciamis-Bojong.
Kemudian terdapat pula 31 titik daerah potensi longsor, yakni:
1. KM 112+700 s.d 115+200 antara Stasiun Ciganea-Sukatani
2. KM 106+000 s.d 108+000 antara Stasiun Purwakarta-Ciganea
3. KM 131+700 s.d 132+700 antara Stasiun Plered-Cikadongdong
4. KM 133+000 s.d 135+100 antara Stasiun Cikadongdong-Rendeh
5. KM 137+800 s.d 142+900 antara Stasiun Rendeh-Maswati
6. KM 145+400 s/d 145+500 antara Stasiun Sasaksaat-Cilame
7. KM 150+000 s.d 152+600 antara Stasiun Sasaksaat-Cilame
8. KM 155+000 s.d 157+600 antara Stasiun Cilame-Padalarang
9. KM 91+200/300 antara Stasiun Cibeber-Cianjur
10. KM 117+000 s.d 117+100 antara Stasiun Cipeuyeum-Cipatat
11. KM 145+000 s.d 146+000 antara Stasiun Padalarang-Cimahi
12. KM 186+000 s.d 189+200 antara Stasiun Cicalengka-Nagreg
13. KM 192+400 s.d 194+800 antara Stasiun Nagreg-Lebakjero
14. KM 196+800 s.d 200+000 antara Stasiun Lebakjero-Leles
15. KM 211+100/300 antara Stasiun Karangsari-Cibatu
16. KM 228+100/600 antara Stasiun Warungbandrek-Bumiwaluya
17. KM 237+900/100 antara Stasiun Cipeundeuy-Cirahayu
18. KM 245+600 s.d 245+700 antara Stasiun Cirahayu-Ciawi
19. KM 218+000/100 antara Stasiun Cibatu-Warungbandrek
20. KM 231+000/100 antara Stasiun Bumiwaluya-Cipeundeuy
21. KM 236+300/400 antara Stasiun Cipeundeuy-Cirahayu
22. KM 238+400/500 antara Stasiun Cipeundeuy-Cirahayu
23. KM 244+000/100 antara Stasiun Cirahayu-Ciawi
24. KM 259+500/600 antara Stasiun Rajapolah-Indihiang
25. KM 261+000/400 antara Stasiun Rajapolah-Indihiang
26. KM 263+500/900 antara Stasiun Rajapolah-Indihiang
27. KM 276+200/570 antara Stasiun Tasikmalaya-Awipari
28. KM 283+900 s.d 284+050 antara Stasiun Manonjaya-Ciamis
29. KM 283+800 s.d 284+000 antara Stasiun Manonjaya-Ciamis
30. KM 303+100 s.d 303+300 antara Stasiun Bojong-Karangpucung
31. KM 302+800 s.d 303+200 antara Stasiun Bojong-Karangpucung.
Kemudian, terdapat pula sembilan titik potensi banjir, yakni:
Kemudian, terdapat pula sembilan titik potensi banjir, yakni:
1. KM 92+900 s.d 93+000 antara Stasiun Cibungur-Purwakarta.
2. KM 98+000 s.d 98+100 antara Stasiun Cibungur-Purwakarta.
3. KM 94+900/000 antara Stasiun Cibeber-Cianjur.
4. KM 150+600 s.d 150+900 antara Stasiun Cimindi-Andir.
5. KM 167+800/900 antara Stasiun Kiaracondong-Cimekar.
6. KM 178+300/600 antara Stasiun Haurpugur-Cicalengka.
7. KM 202+600/000 antara Stasiun Leles-Karangsari
8. KM 255+500/800 antara Stasiun Ciawi-Rajapolah.
9. KM 256+700/259+800 antara Stasiun Ciawi-Rajapolah.
Serta, terdapat pula 10 titik jembatan (Bangunan Hikmat), seperti:
Serta, terdapat pula 10 titik jembatan (Bangunan Hikmat), seperti:
1. KM 105+392 BH 337
2. KM 110+648 BH 355
3. KM 133+485 BH 471
4. KM 172+000/100 BH 784
5. KM 61+400/500 BH 346
6. KM 155+900/000 BH 734
7. KM 231+205 BH 1032
8. KM 233+031 BH 1040
9. KM 284+106 BH 1292
10. KM 243+683 BH 1087.
Langkah-langkah yang telah dilakukan Daop 2 Bandung untuk meminimalisir potensi bahaya akibat bencana yang mungkin dapat mengganggu perjalanan KA, di antaranya dengan normalisasi saluran air dari tumpukan sampah, membuang lumpur ke luar rumija, membuat trucuk dari bambu dan penahan tanah dengan menggunakan karung diisi tanah dan retaining wall.
Sementara itu, Alat Material Untuk Siaga (AMUS) juga disiapkan di 14 titik, yaitu di Stasiun Bandung, Kiaracondong, Cicalengka, Cibatu, Ciawi, Tasikmalaya, Banjar, Cimahi, Padalarang, Cianjur, Cibeber, Rendeh, Purwakarta, dan Cibungur.
AMUS yang disiapkan tersebut berupa pasir dalam kantong karung, bantalan rel, perancah dari besi untuk penahan fondasi jalur, dan lainnya. Sejumlah peralatan ringan hingga alat berat seperti Multi Tie Tamper (MTT) juga disiagakan untuk merawat kondisi jalur rel agar tetap laik dilintasi kereta api.
Upaya antisipasi lainnya, yaitu dengan menyiagakan petugas khusus di titik-titik dapsus, petugas tersebut secara bergantian bersiaga selama 24 jam untuk terus memantau daerah potensi bencana.
Para petugas juga dapat langsung melakukan tindakan jika terjadi masalah pada jalur dapsus tersebut. Daop 2 Bandung menyiapkan Petugas Penilik Jalan (PPJ) dan petugas posko daerah pantauan khusus. Petugas dan perlengkapan tersebut disiagakan untuk mengamankan perjalanan KA di sepanjang lintas KA untuk memantau apabila terjadi kondisi yang dapat menghambat perjalanan KA.
"Transportasi dengan kereta api mengedepankan keselamatan dan pelayanan, sehingga upaya-upaya KAI untuk memitigasi gangguan di musim hujan ini merupakan salah satu layanan kami kepada masyarakat pengguna kereta api untuk mendukung konektivitas sehari-hari," kata Dicky pula.
Baca juga: Serapan alokasi BBM KAI Daop 2 Bandung capai 71,45 persenSementara itu, Alat Material Untuk Siaga (AMUS) juga disiapkan di 14 titik, yaitu di Stasiun Bandung, Kiaracondong, Cicalengka, Cibatu, Ciawi, Tasikmalaya, Banjar, Cimahi, Padalarang, Cianjur, Cibeber, Rendeh, Purwakarta, dan Cibungur.
AMUS yang disiapkan tersebut berupa pasir dalam kantong karung, bantalan rel, perancah dari besi untuk penahan fondasi jalur, dan lainnya. Sejumlah peralatan ringan hingga alat berat seperti Multi Tie Tamper (MTT) juga disiagakan untuk merawat kondisi jalur rel agar tetap laik dilintasi kereta api.
Upaya antisipasi lainnya, yaitu dengan menyiagakan petugas khusus di titik-titik dapsus, petugas tersebut secara bergantian bersiaga selama 24 jam untuk terus memantau daerah potensi bencana.
Para petugas juga dapat langsung melakukan tindakan jika terjadi masalah pada jalur dapsus tersebut. Daop 2 Bandung menyiapkan Petugas Penilik Jalan (PPJ) dan petugas posko daerah pantauan khusus. Petugas dan perlengkapan tersebut disiagakan untuk mengamankan perjalanan KA di sepanjang lintas KA untuk memantau apabila terjadi kondisi yang dapat menghambat perjalanan KA.
"Transportasi dengan kereta api mengedepankan keselamatan dan pelayanan, sehingga upaya-upaya KAI untuk memitigasi gangguan di musim hujan ini merupakan salah satu layanan kami kepada masyarakat pengguna kereta api untuk mendukung konektivitas sehari-hari," kata Dicky pula.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PT KAI Daop 2 Bandung fokus 73 dapsus menghadapi musim hujan