Bandung (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia (KAI) memberikan pengalaman soal konektivitas transportasi dengan ketepatan waktunya kepada rombongan ASEAN Railway CEO (ARCEOs') Conference ke-44, Rabu.
Hal tersebut dilakukan dengan mengajak seluruh CEO perusahaan kereta api di ASEAN untuk berangkat ke Jakarta menggunakan Kereta Cepat Whoosh dari Stasiun Padalarang ke Stasiun Halim di Jakarta yang dilanjutkan dengan penanaman pohon dari CEO tersebut.
Dari Stasiun Halim, CEO dan rombongan delegasi delapan negara mencoba naik LRT Jabodebek menuju Dukuh Atas menggunakan kartu tap card selayaknya penumpang LRT biasa.
Di Dukuh Atas, rombongan berganti moda ke bus Transjakarta yang bertenaga listrik untuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Gambir.
Di Stasiun Gambir, rombongan yang dipimpin oleh Direktur Utama atau CEO PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo tersebut mencoba langsung teknologi boarding dengan menggunakan sistem pengenal wajah (face recognition) sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Bandung.
Rombongan melanjutkan perjalanan kembali ke Bandung dengan menggunakan rangkaian KLB yang terdiri dari Kereta Makan Baru, Compartment Suites, Panoramic, dan Priority yang merupakan karya Balai Yasa PT KAI, untuk ke lokasi berikutnya yakni Gunung Tangkuban Parahu.
Vice President Public Relations PT KAI Anne Purba mengatakan kegiatan hari ini adalah untuk memperkenalkan bagaimana konektivitas dan ketepatan waktu sebagai bahan pembelajaran bagi para negara ASEAN terutama mengenai kereta cepat.
"Jadi ini adalah pemberian experience dari sharing yang telah dilakukan kemarin. Kita perkenalkan bagaimana konektivitas di kita, tak cuma kenaikan produknya seperti tadi naik Whoosh yang merupakan pertama kali di Asia Tengara yang bisa menjadi benchmark untuk diimplemtasikan di negaranya masing-masing. Ada beberapa negara yang sedang melakukan kajian," kata Anne di sela acara.
Terkait konektivitas itu sendiri, kata Anne, adalah dengan kesempatan anggota konferensi melihat dan merasakan LRT ke Dukuh Atas yang merupakan kawasan pengembangan berbasis transit dengan berbagai moda tranaportasi urban yang terintegrasi di sana yakni MRT, Kereta Bandara, KRL, hingga Bus TransJakarta.
"Kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan inovasi Balai Yasa KAI seperti kompartemen suite, dining resto, panoramic. Jadi kita mau sampaikan perkembangan infrastruktur perkeretaapian di Indonesia 10 tahun terakhir cukup pesat, kami sebagai operator harus cepat tangkap pesan ini," ujar dia.
Konektivitas dan integrasi antar moda termasuk perkeretaapian, kata Anne, memiliki dampak yang besar. Dia mencontohkan dahulu dalam satu semester angka kunjungan ke Bandung adalah 1-1,2 juta orang dan ketika ada Whoosh, kini bisa hampir enam juta orang bergerak dalam satu semester.
Pergerakan orang ini juga, kata Anne, adalah juga dalam alasan pariwisata ke area-area di daerah operasional PT KAI seperti Gunung Tangkuban Parahu di Bandung.
"Artinya dampak ekonominya besar sekali termasuk dalam ekosistem pariwisata, diakibatkan konektivitas, integrasi stasiun dengan antar moda kemudian inovasi terhadap peningkatan layanan dan hospitaliy terus kita lakukan, termasuk digitalisasi dengan face recognition. Tak ketinggalan keberlanjutan lingkungan, ini harus kita bangun dari sekarang dengan target kami zero emission pada 2030-2060," ucapnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KAI berikan pengalaman konektivitas transportasi ke rombongan ARCEOs
KAI berikan pengalaman soal konektivitas transportasi ke rombongan ARCEOs
Rabu, 4 September 2024 20:59 WIB