Kekecewaan terhadap kemunafikan manusia
Perjalanan spiritual Kiran bermula saat dia merasa kecewa atas sikap manusia yang menurutnya munafik. Manusia-manusia munafik itu hanya berkata seolah suatu hal adalah kebenaran, tetapi perilaku mereka berbeda dengan apa yang diucapkan.
“Tuhan, Izinkan Aku Berdosa” akan mengupas helai demi helai kehidupan yang membentuk Kiran hingga kepercayaannya terhadap Tuhan dan manusia di sekitarnya mulai melemah. Dia bertekad untuk membuktikan bahwa manusia munafik layak mendapat hukuman setimpal, dan membuat Kiran lupa diri seolah dirinya adalah Tuhan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kiran melakukan segalanya tanpa melihat batasan halal maupun haram dari suatu hal. Baginya, balas dendam adalah hal terpenting untuk dilakukannya saat itu.
Kritik untuk sang pemimpin
Film ini cukup banyak menyorot permasalahan sosial yang berkaitan dengan hati manusia, termasuk para pemimpin yang disinggung di dalamnya. Mulai dari pemimpin majelis agama, pemimpin di suatu kampus, hingga pemimpin suatu wilayah.
Di balik nama besar mereka, film “Tuhan, Izinkan Aku Berdosa” ingin menyorot sisi lain yang sebenarnya tidak boleh luput dari pandangan rakyat. Hal-hal yang salah, sudah seharusnya dinilai salah tanpa diberi pembelaan, termasuk kesalahan yang dibuat oleh para pemimpin tersebut.
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan hingga saat ini, apakah rakyat sudah membuka matanya? Ataukah para pemimpin sudah membuka nuraninya? Entahlah, mungkin saja melalui film “Tuhan, Izinkan Aku Berdosa”, akan ada lebih banyak lagi mata yang terbuka dengan hati yang lebih lapang.
Film “Tuhan, Izinkan Aku Berdosa” yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini skenarionya ditulis oleh Ifan Ismail. Film ini dibintangi oleh Aghniny Haque, Donny Damara, Andri Mashadi, Djenar Maesa Ayu, dan lainnya.