"Kami berharap sudah diatur airnya baik yang grey water, maupun black water. Lahannya 41 hektare pasti sudah mengikuti kaidah tata ruang artinya tidak berbenturan. Ini memastikan, mudah-mudahan jadi percontohan pengembang lain," ucapnya.
Permasalahan yang juga harus diperhatikan, kata Indra, adalah masalah legalitas lahan, dan dampak pembangunan skala besar yang biasanya berdampak pada masyarakat sekitarnya.
"Kami yakin tidak akan ada masalah. Kalaupun ada, saya harap itu bisa diselesaikan. Dan tentu yang dijanjikan harus terealisasi," tuturnya.
Sementara itu, Project Director Perum Perumnas Bandung 2 Aditiya Prio Singgih, di lokasi yang sama, mengungkapkan bahwa proyek Samesta Pasadana di sekitar Majalaya-Cicalengka itu, sesuai dengan rencana tata ruang di Kabupaten Bandung.
Dengan skema pembiayaan subsidi fasilitas likuiditas pembayaran perumahan (FLPP), kata Aditya, 50 persen unit dari perumahan yang memiliki luas 41 hektare yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (mbr) sebanyak 1.400 unit rumah.
"Kemudian pengelolaan sampah menggunakan TPS3R sehingga pengelolaannya bisa dilakukan bersama, dan memberi nilai tambah. Kemudian dibangun embung atau kolam retensi untuk penampungan sementara dengan konsep Zero run off Jadi diharapkan apa yang sudah kita kembangkan di sana tidak membebani ke lingkungan, harapannya ke depan kami menjadi acuan developer swasta dalam mengembangkan bagaimana menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah," ucapnya.
Dengan pembangunan hunian di area tersebut, Aditiya berharap sektor ekonomi di kawasan itu dan Bandung secara umum juga meningkat.
"Pada akhirnya sektor ekonomi pun bergerak Ketika nanti akses sudah mulai terbuka dengan melalui Simpang susun Majalaya dan pintu tol Majalaya, Saya yakin area sana jauh akan lebih meningkat untuk ekonominya dan membuat ekonomi Bandung Raya merata," tuturnya.
